Page 143 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 143
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU
Eropa. Karena itulah muncul anggapan bahwa sebagian masyarakat yang masih
berpegang pada adat mengandung unsur kafir dan haram.
Agama Islam memasuki Moloko Kie Raha jelas melalui aktivitas perdagangan
para saudagar dan mubalig-mubalig Islam yang ikut bersama mereka. Mengenai
kapan tepatnya dan di daerah mana mula-mula agama ini masuk dan berkembang
tidak dapat dipastikan. Namun, yang jelas sekitar pertengahan abad ke-15 agama
Islam sudah dianut dan bertumbuh pada kerajaan-kerajaan di Moloko Kie Raha.
Menurut sejarah, pada abad ke-10/11 sudah ramai perniagaan rempah-rempah di
Kepulauan Maluku, terutama cengkih dan pala, yang dilakukan orang Arab dan
Persia. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa pada sekitar abad ke-10 Masehi,
Islam sudah ada di Nusantara. Melalui perantaraan para saudagar Persia, Islam
diketahui sudah berkembang di Kerajaan Sriwijaya di belahan barat Nusantara.
Dalam hikayat diceritakan bahwa di Ternate telah datang seorang ulama
Islam bernama Datu Maulana Husein. Ulama itu sangat pandai membaca
al-Qur’an dengan suara yang merdu dan menarik sehingga penduduk yang
mendengarkannya jadi tertarik. Sebelum penduduk diajarkan membaca al-
Qur’an, mereka diharuskan bersyahadat lebih dulu sehingga sejak saat itu
mulailah penduduk Ternate masuk dan menerima Islam sebagai agamanya. Atas
ajakan Datu Maulana Husein, raja Ternate saat itu, Gapi Buta menerima Islam dan
mengganti namanya menjadi Sultan Zainal Abidin (1465–86). Setelah mangkat
pada 1486, baginda disebut Sultan Marhum.
Sumber sejarah lama dan cerita rakyat secara tradisonal menyebutkan bahwa
semua sultan yang memerintah di empat kerajaan utama di Moloko Kie Raha
berasal dari keturunan Ja’far as-Sadiq, seorang Arab yang konon masih keturunan
Nabi Muhammad SAW. Ja’far as-Sadik kawin dengan puteri Nur Safah, yang tiba
di Ternate pada 10 Muharram 470 Hijrah (kira-kira 1015 Masehi). Selanjutnya
diceritakan bahwa dari perkawinan itu mereka dikaruniai delapan orang anak,
empat putra dan empat putri. Keempat putra ini menjadi sultan-sultan pertama
dari keempat kerajaan yaitu Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan.
1. Kerajaan Ternate; sultan pertama adalah Sultan Masyhur Malamo.
2. Kerajaan Tidore; sultan pertama adalah Sultan Suhadjati, bergelar
Muhammad Bakil pada tahun 502 H.
127