Page 144 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 144

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU



              3.  Kerajaan Jailolo; sultan pertama adalah Darajati.

              4.  Kerajaan Bacan; sultan pertama adalah Kaicil Buka.

                 Berdasarkan berita Arab yang ditulis oleh para penulis Arab yang ikut berlayar
              dengan saudagar, di antaranya  berita dari ahli geografi  Arab Mas’udi,  dapat
                                                                              6
              diduga bahwa orang Arab telah sampai ke Nusantara pada abad ke-10.  Sebelum
              bangsa Eropa datang, orang Persia yang memegang kendali perniagaan di Selat
              Malaka telah tiba di Tiongkok untuk berdagang. Selanjutnya disebutkan bahwa
              di Guangdong  (Kanton) terdapat  komunitas orang Persia  dan pos perniagaan

              mereka.

                 Ternate  dan  Tidore  merupakan  dua  kerajaan  di  Moloko Kie Raha. Dalam
              perkembangannya,  kedua  kerajaan tersebut  bersaing untuk memperebutkan
              hegemoni  politik dan ekonomi.  Tidak jarang mereka melibatkan  kekuatan
              pendatang  dari Eropa, seperti Portugis,  Spanyol  dan Belanda. Di balik  usaha
              memberikan  bantuan  kepada  kerajaan  lokal,  kekuatan  pendatang  asal Eropa
              juga berambisi menguasai perdagangan rempah di kawasan itu dengan praktik
              monopoli. Persaingan antara kerajaan  Ternate  dan  Tidore  diperburuk  oleh
              campur tangan bangsa Portugis yang membantu Ternate dan bangsa Spanyol

              yang membantu  Tidore.  Setelah  memperoleh  keuntungan,  kedua  bangsa
              Barat tersebut bersepakat menyelesaikan persaingan mereka dalam Perjanjian
              Saragosa yang  ditandatangani pada  22 April  1529.   Berdasarkan kesepakatan
                                                             7
              dalam perjanjian tersebut, Spanyol harus meninggalkan Maluku dan menguasai
              Filipina, sedangkan Portugis tetap melakukan perdagangan di Kepulauan Maluku.

                 Walaupun sedang bersaing memperebutkan hegemoni di kawasan Moloko
              Kie Raha, kerajaan-kerajaan di Maluku tetap tidak menginginkan bangsa-bangsa
              Eropa mengganggu aktivitas perdagangan di kawasan tersebut. Sikap tersebut

              6  Mas’udi dalam catatannya menyebutkan bahwa raja Zabag yang disebut Maharaja menguasai
                 banyak  pulau,  di antaranya  Kalah,  Sribuza,  dan  pulau-pulau  lainnya  di luar  Tiongkok  (lihat
                 Ferrand 1913/14: 56–7).
              7  Perjanjian Saragosa (Saragossa atau Zaragoza), ditandatangani pada 22 April 1529, antara pihak
                 Spanyol dan Portugis yang menentukan bahwa belahan bumi bagian timur dibagi di antara kedua
                 kerajaan tersebut dengan batas garis bujur yang melalui 297,5 marine leagues atau 17 sebelah
                 timur Kepulauan Maluku. Perjanjian ini merupakan kelanjutan dari Perjanjian Tordesillas yang
                 membagi belahan bumi barat di antara Spanyol dan Portugal yang diprakarsai oleh Paus setalah
                 melihat persaingan perebutan koloni di antara kedua bangsa itu. Melalui perjanjian itu dicapai
                 hasil yang lebih terperinci dari kedua belah pihak.


                                              128
   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149