Page 136 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 136

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU



              Nusantara, para saudagar tersebut membawa hasil bumi dan hasil hutan. Hasil
              hutan  Sumatera  yang sangat digemari  pada  masa  itu  adalah  kemenyan  dan
              kapur barus.

                 Hubungan pelayaran dan perdagangan yang kemudian dilanjutkan dengan
              hubungan  politik itu selanjutnya  menimbulkan  proses Islamisasi.  Dari  proses
              Islamisasi ini pada abad ke-13 Masehi kemudian muncul kerajaan Islam Samudera

              Pasai dengan sultan pertama Malik as-Saleh yang mangkat pada 1297 Masehi.
              Menurut kitab Sejarah Melayu (Hadidjaja 1951: 40), Hikayat Raja-raja Pasai, dan
              catatan harian Marco Polo yang singgah di Peurlak pada 1292, Samudera Pasai
              bukan hanya kerajaan Islam pertama di Nusantara, tetapi juga di Asia Tenggara.
              Kehadiran kerajaan Islam itu semakin mempererat hubungan antara Sumatera
              dan negara-negara di Arab dan Persia.

                 Pada pertengahan abad ke-14, Ibn Battuta singgah di Pasai yang pada waktu
              itu diperintah oleh Sultan Malik al-Zahir. Dalam catatan hariannya disebutkan
              bahwa Sultan adalah seorang penganut Islam yang taat dan ia dikelilingi oleh

              para ulama dan dua orang Persia yang terkenal, yaitu Qadhi Sharif Amir Sayyid
              dari Shiraz dan Taj ad-Din dari Isfahan. Ahli-ahli tasawuf atau kaum sufi yang
              datang ke Samudera  Pasai  dan juga ke Malaka  tempat  para sultan  menyukai
              ajaran “manusia sempurna” atau “insan al-kamil” mungkin sekali dari Persia.

                 Beberapa ratus tahun sebelum Kesultanan Samudera Pasai, di wilayah Aceh
              telah berdiri kerajaan bercorak Islam yaitu Kerajaan Peurlak. Kerajaan itu berdiri
              pada tahun 225 Hijriah atau 845 Masehi dengan rajanya Sultan Sayid Maulana
              Abdal-Aziz Syah keturunan Arab-Quraisy yang berpaham Syi’ah. 2

                 Intensitas hubungan perdagangan antara Persia dan kerajaan di Nusantara
              demikian tinggi. Tidak mustahil di beberapa tempat yang dikunjungi saudagar
              Persia,  tinggal  dan menetap pula  orang-orang  Persia. Di tempat  itu  timbul

              juga kontak antarbudaya yang berbeda, dan tidak mustahil ada juga penganut
              Islam Syi’ah. Hal itu dapat diketahui dari adat istiadat dan kebiasaan yang biasa
              dilakukan oleh kaum Syi’ah.



              2  Saya  meragukan  penguasa  itu keturunan  Arab-Quraisy  karena  di bagian  belakang  namanya
                 menggunakan gelar syah. Gelar ini biasa dipakai oleh para penguasa Persia atau yang berasal dari
                 Persia.


                                              120
   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141