Page 138 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 138
merupakan suatu masa yang disebut dengan masa Sturm und
Drang. Telah terjadi berbagai peristiwa serang-menyerang,
tekanan-tekanan, gangguan-gangguan, yang menentukan
arah perkembangan sosial kultural Maluku dan sekaligus
sejarah kebudayaannya. Persentuhan kebudayaan yang terjadi
dulu itu ternyata telah berlangsung dalam suasana kekerasan
dan juga paksaan. Kemudian pada masa-masa selanjutnya
sampai dengan abad 20, pola-pola kemasyarakatan dan
kebudayaan yang berkembang merupakan dampak dari
persentuhan dengan budaya asing/dunia luar tersebut. Dimasa
itu bentuk-bentuk kebudayaan disesuaikan dengan fungsi-
fungsi baru yang yang dihadapkan oleh para penguasa, baik itu
unsur yang sudah beradaptasi maupun unsur asing yang
diambil alih. Telah berkembang kekuasaan-kekuasaan
tradisional mulai dari bentuk yang "asli" sampai dengan bentuk
kesultanan.
Empat bentuk kesultanan yang pernah berkembang hanya
dua yang dapat dikatakan eksis dalam percaturan politik dan
ekonomi sampai abad ke-20 yaitu Ternate dan Tidore. Keempat
kesultanan itulah yang pada awalnya dikenal sebagai Maluku di
daerah Maluku Utara sekarang. Kemudian seluruh kepulauan
yang terbentang antara Laut Arafura, Laut Banda, Selat
Makassar, Laut Halmahera disebut demikian karena adanya
perkembangan administrasi pemerintahan di masa kekuasaan
kolonial Belanda. Dalam administrasi pemerintahan Belanda,
seperti sudah diutarakan dimuka lebih cenderung memecahkan
sistem pemerintahan yang mulai membesar, sehingga akhirnya
terpecah-pecah supaya mudah dikontrol.
Hal lain yang menonjol dari kebudayaan Maluku sampai
sekarang adalah sistem kesatuan hidup. Tentu saja dengan
implikasi /keterkaitan yang telah berproses sekian lama,
sehingga muncul berbagai struktur kemasyarakatan yang
bercorak pula. Sistem "pela" dan "gandong" adalah salah satu
bentuk yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan, karena mulai
mengalami disintegrasi. Padahal sampai pada kurang lebih 40
tahun yang lalu, sistem tersebut merupakan suatu lembaga
kemasyarakatan yang dapat mengikat erat kelompok-kelompok
masyarakat dari berbagai lapisan.
122