Page 16 - Toponim Magelang_Final
P. 16

Toponim Kota Magelang     3












                      Pekalongan.  Awal 1810, Magelang dipilih menjadi daerah kabupaten, Mas Angabei
                                 5
                      Danoekromo diangkat sebagai regent (bupati).  Mas Angabei Danoekromo tutup usia
                                                              6
                      dan kekuasaannya berakhir di masa  Perang Diponegoro. Berkat segenap jasanya,
                      lelaki ini ditemploki gelar Raden Adipati Danoeningrat I. Keturunan Raden Adipati
                      Danoeningrat I secara turun temurun menjadi regent di Magelang. 7

                      Tahun 1813, pemerintah kolonial menetapkan Magelang menjadi ibu kota kabupaten
                      terintegrasi dalam struktur administrasi teritorial kolonial. Kenyataan ini buah dari
                      kontrak  politik 1 Agustus 1812 antara  Inggris dan Sultan Hamengku Buwono III.
                      Magelang sebagai bagian dari Kedu dipisahkan selamanya dari negaragung, dan diatur
                      oleh penguasa Eropa. 8


                      Tahun 1816, Kedu menjadi karesidenan sendiri selepas area ini diserahkan ke Belanda.
                      Setahun kemudian, resmi menjadi karesidenan. Lantaran pertimbangan efektivitas dan
                      ekonomis, pemerintah menjadikan dua kabupaten, yakni Magelang dan Temanggung,
                      sebagai unit pemerintahan sendiri di bawah Residen. Semula, 2 kabupaten tersebut
                      diletakkan di bawah Residen Pekalongan dan diintegrasikan dalam wilayah Karesidenan
                      Pekalongan. Pertengahan Maret 1817 Karesidenan Kedu mencakup 2 kabupaten itu
                      dengan ibu kota di Magelang.  Sejak saat itulah Kota Magelang menampung 2 fungsi
                                                9
                      sekaligus: ibu kota karesidenan dan ibu kota kabupaten. Wilayah Karesidenan Kedu
                      ialah satu-satunya daerah karesidenan yang tidak memiliki batas garis pantai, sebab
                      daerah itu kurang lebih berada di tengah Pulau Jawa.  Berdasarkan data statistik tahun
                                                                   10
                      1820, secara umum di Karesidenan Kedu terdapat 2 regentshap, 6 daerah afdeling, 10
                      daerah district, 42 sub district, 2499 dropen, dan 1748 gehuchten. 11


                      5  A.M. Djuliati Surono. Eksploitasi Kolonial Abad XIX: Kerja Wajib di Karesidenan Kedu 1800-1890.
                      (Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2000).
                      6  Maandblad voor Midden-Java, “Magelang Vooruit”. (November 1935).

                      7   Pelajari  R.  Dimas  Adhi  Ratmoko.  Perkembangan Industri dan Perdagangan  di Magelang  (1908-
                      1942). Skripsi (Departemen Sejarah, FIB: UGM, 2016).
                      8  P.W. Fillet. De verhouding der vorsten op Java tot de Ned. Indische Regeering. (‘s gravenhage, 1895,
                      Martinus Nijhoff). Hlm. 270.
                      9  ANRI, Besluit van Commisarisen Generaal van Ned. Indie, 14 Maart 1817 no. 24, bundel Algemeen
                      Secretarie.

                      10  Lihat A.M. Djuliati Suroyo. Ekspoitasi Kolonial Abad XIX: Kerja Wajib di Karesidenan Kedu 1800-
                      1890. (Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2000). hlm. 41.
                      11  ANRI, “Statistiek van Java. (1820)”, Residentie Kadoe No. 7.
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21