Page 95 - PAK XI SMA/SMK
P. 95

E.  HUKUMAN MATI


               PEMIKIRAN DASAR

                  Di Indonesia, hukuman mati ditetapkan dalam Kitab
               Undang-Undang  Hukum  Pidana  Republik  Indonesia

               (bdk. Misalnya, KUHP Pasal 104). Ketetapan-ketetapan

               itu  sah  secara  perundang-undangan,  namun  proses
               peradilan dan pelaksanaan hukuman harus mendapatkan

               perhatian  kritis.  Jika  hukuman,  khususnya  hukuman
               mati, dikenakan pada kejahatan-kejahatan politik mudah

               sekali  usaha  menegakkan  keadilan  dirongrong  oleh

               keinginan  membalas  dendam,  kepentingan  kelompok
               dan perorangan, diskriminasi atau kecenderugan untuk

               main kuasa. Asas hukum yang terkenal ialah: “tidak ada
               hukuman  kalau  tidak  ada  hukum;  tidak  ada  hukuman

               kalau tidak ada tindakan yang bersalah; jika ragu-ragu,
               hendaknya  diambil  keputusan  yang  menguntungkan  si

               terdakwa”.  Hukuman  mati  melalui  proses  pengadilan

               yang  sah  saja  sudah  dipersoalkan,  apalagi  hukuman
               dengan pola main hakim sendiri atau hukuman (tembak)

               di  tempat yang kadang kala dilaksanakan dalam suatu
               operasi yang dijalankan oleh badan keamanan/penguasa.

               Bagaimanapun  juga,  masalah-masalah  menyangkut
               kehidupan  manusia  harus  ditangani  dengan  teliti,  adil

               dan sah.

                  Katekismus Gereja Katolik (KGK) 2267 menjelaskan
               bahwa,  “Sejauh  cara-cara  tidak  berdarah  mencukupi

               untuk membela kehidupan manusia terhadap penyerang

               dan  untuk  melindungi  peraturan  resmi  dan  keamanan
               manusia, maka yang berwenang harus membatasi dirinya

               pada cara-cara ini, karena cara-cara ini lebih menjawab
   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100