Page 178 - BUKU DASAR-DASAR PENGAMANAN HUTAN
P. 178

Dasar-Dasar Pengamanan Hutan  165


              3.  Masa Pendudukan Jepang (Maret 1942–Agustus 1945)
                 Pada  tanggal  8  Maret  1942,  Pemerintah  Hindia  Belanda  menyerah
                 tanpa syarat kepada tentara Jepang, selanjutnya dua sekolah kehutanan
                 pada zaman pemerintahan Belanda, yaitu Middelbare Bosbourschool
                 (MBS) dan Sekolah Polisi Kehutanan (SPK), yang berlokasi di Madiun,
                 ditutup dan didirikan kembali pada bulan Oktober 1943 dengan nama
                 “Sinrin Keisatu Gaklo” untuk mendidik Mantri Polisi Kehutanan, yang
                 berasal dari pejabat Penjaga Hutan (Boswacher) atau Juru Kehutanan
                 (Mandor Kehutanan). Salah satu kegiatan yang amat menonjol pada
                 masa pendidikan Jepang adalah latihan kemiliteran yang dikeluarkan
                 untuk pemuda Indonesia.
             4.  Masa Kemerdekaan sampai sekarang (1945–sekarang)
                 Dalam dasawarsa tahun 1960, Direktur I Perhutani Jawa Tengah (sekarang
                 Perum.  Perhutani  Unit  I  Jawa  tengah),  bersama-sama  Komandan
                 Inspeksi  Kepolisian  94  Pati,  memandang  perlu  untuk  dibentuk  Polisi
                 Chusus Kehutanan (PCK), yang bersifat mobile melalui pendidikan dan
                 latihan dasar kepolisian. Pembentukan pertama-tama ditujukan untuk
                 mengatasi dan menanggulangi gangguan keamanan hutan jati dalam
                 wilayah bekas Keresidenan Pati Jawa Tengah. Pendidikan dan latihan
                 (Diklat)  Polisi  Khusus  Kehutanan  Mobile  Angkatan  Pertama  dengan
                 kekuatan 147 orang. Peresmian pelantikannya dilakukan oleh Menteri
                 Pertanian Mayor Jenderal TNI Soetjipto S. H., pada tanggal 21 Desember
                 1966 di Alun-alun Pati Jawa Tengah.
                     Tugas pokok Polisi Khusus Kehutanan yang kemudian disingkat Pol.
                 Hutan, meliputi:
                 1.  mempertahankan  dan  menjaga  hak-hak  negara  atas  hutan  dan
                     hasil hutan
                 2.  menjaga  kerusakan-kerusakan  hutan  dan  hasil  hutan  yang
                     disebabkan  oleh  pembuatan  manusia  dan  ternak,  kebakaran,
                     hama dan penyakit, serta gangguan alam lainnya.
                     Tugas  pokok  tersebut  diselenggarakan  dengan  cara-cara  berikut
                 ini, antara lain:
                 1.  mencegah dan membatasi kerusakan hutan yang disebabkan oleh
                     alam, hama, dan penyakit.
                 2.  mencegah  dan  memberantas  kejahatan  dan  pelanggaran  yang
                     dilakukan terhadap hutan dan hasil hutan.
   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183