Page 117 - BUKU DASAR-DASAR PENGAMANAN HUTAN_Neat
P. 117
104 Sudirman Sultan
6. Kulit kayu, contohnya akasia, bakau, kalapari, gelam, dan lain-lain.
7. Tikar, seperti agal, kolosua, dan pandan.
8. Atap, misalnya atap nipah/kajang, atap rumbia, dan atap sirap.
9. Bambu, contohnya bambu apus, bambu petung, dan bambu milah.
10. Lain-lain, misalnya lilin tawon, madu, nibung bulat, sagu, nipah (nira
dan gula), ijuk, dan ketak.
11. Bambu produksi Perhutani dan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang
terdiri dari bambu petung/apus/milah, dan bambu glontang.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.91/Menhut-II/2014
mengatur tentang Penatausahaan Hasil Hutan Bukan Kayu yang Berasal
dari Hutan Negara. Dokumen legalitas HHBK yang diambil dari hutan
negara adalah faktur angkutan hasil hutan bukan kayu (FA-HHBK) dan nota
angkutan.
FA-HHBK digunakan untuk tujuan sebagai berikut.
• pengangkutan HHBK yang masih berupa bahan mentah/asalan dari
pemegang izin, pengelola hutan, atau izin pengumpulan ke semua
tujuan, serta pengangkutan lanjutannya;
• pengangkutan HHBK yang berupa rotan asalan, yang telah mengalami
proses pencucian/penggorengan (WS).
Sementara itu, nota angkutan digunakan untuk beberapa tujuan, yaitu:
• pengangkutan produk olahan HHBK dalam bentuk setengah jadi ataupun
barang jadi, berupa rotan (furnitur, kerajinan tangan, keranjang, lampit,
saborina, dan barang jadi lainnya), minyak asiri, tepung sagu, serbuk
cendana, dan produk olahan HHBK dalam bentuk barang jadi lainnya
menggunakan nota perusahaan.
Dalam pelaksanaan ekspor produk olahan HHBK melalui pelabuhan
umum, pengangkutan menuju pelabuhan dilengkapi dengan nota
perusahaan, sebagai dasar pengisian Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).