Page 190 - Perpustakaan SMA PGRI Rumpin Bogor
P. 190

Beberapa pihak juga menyoroti masifnya gerakan puisi esai karena
                     adanya pihak tertentu yang menjadi sponsor dan mendanai dengan
                     maksud dan tujuan tertentu seperti popularitas dan elektabilitas.
                         Apapun itu, pro kontra kemunculan puisi esai saat ini memang tak
                     terhindarkan. Perdebatan pun tetap berlanjut hingga kini. Sekali pun demikian,
                     diakui atau tidak, aksistensi puisi esai akhirnya menjadi fenomena tersendiri
                     dalam dunia sastra. Dalam sudut pandang positif, hal ini menunjukan kreativitas
                     sastrawan Indonesia dan dapat mengaktifkan kembali diskusi intelektual
                     sesama penyair, sastrawan, maupun masyarakat luas tentang perpuisian
                     Indonesia. Mungkin suatu nanti ada penjelasan dan tempat tersendiri puisi esai.
                     Bahkan hal ini mungkin menjadi pembuka kemunculan jenis puisi-puisi baru
                     lainnya yang menambah dinamika perpuisian dan sastra Indonesia. Semoga.

                      Tapi
                      —Karya Soetardji Calzoum Bachri
                      aku bawakan bunga padamu
                                          tapi kau bilang masih
                      aku bawakan resah padamu
                                          tapi kau bilang hanya
                      aku bawakan darahku padamu
                                          tapi kau bilang cuma
                      aku bawakan mimpiku padamu
                                          tapi kau bilang meski
                      aku bawakan dukaku padamu
                                          tapi kau bilang tapi
                      aku bawakan mayatku padamu
                                          tapi kau bilang hampir
                      aku bawakan arwahku padamu
                                          tapi kau bilang kalau
                      tanpa apa aku datang padamu
                                          wah!
                      (Sumber: Antologi O, Amuk, Kapak, 1981)

                      Diksi atau pilihan kata merupakan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih
                  penulis puisi untuk menimbulkan efek, makna, dan maksud tertentu dalam
                  puisinya. Dalam puisi “Tapi” di atas, terdapat beberapa kata tertentu yang
                  sangat khas dan mendukung pengungkapan makna dan amanat dari penulis
                  puisi. Hal pertama yang tampak adalah penggunaan kata ganti aku   dan kau.
                  Aku  merupakan kata ganti pertama tunggal dan kau    merupakan kata ganti
                  kedua tunggal. Hal ini menggambarkan isi puisi yang merupakan ungkapan
                  seseorang yang ditujukan secara pribadi untuk orang lain.

                      Baris  /aku bawakan ... padamu/tapi kau bilang .../  diulang berkali-kali
                  dalam setiap larik. Hal ini menunjukkan adanya penekanan perilaku si
                  aku yang dilakukan secara berulang-ulang. Selain itu, terdapat beberapa



                     Buku Panduan Guru Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia
            178
                     untuk SMA/SMK Kelas X
   185   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195