Page 191 - Perpustakaan SMA PGRI Rumpin Bogor
P. 191

penggunaan kata-kata lain yang bermakna tertentu, seperti kata bunga, resah,
                     darah,  mimpi,  mayat,  duka, dan arwah. Penggunaan kata bunga   memberi
                     gambaran keindahan. Kata resah   mengungkapkan kegelisahan. Kata darah
                     sebagai perlambang luka dan penderitaan. Kata mimpi    mewakili keinginan
                     atau cita-cita. Kata duka  memberi gambaran kesedihan atau kekecewaan.
                     Kata  mayat  menggambarkan pengorbanan atau kesukarelaan. Adapun
                     kata arwah  dimaknai sebagai kepasrahan. Berbagai penggunaan kata-kata
                     tersebut dianggap sudah tepat untuk mengungkapkan maksud penulis. Ia
                     ingin menyampaikan usaha yang terus-menerus dengan memberikan segala
                     sesuatu yang dimiliki sebagai persembahan. Sekalipun, tanggapan dari kau
                     yang kurang menerima semua yang diberikan si aku. Hal ini ditunjukkan
                     dengan kata tapi sebagai kata yang menunjukkan pertentangan.

                         Adapun gaya bahasa atau majas yang digunakan dalam puisi tersebut
                     menunjukkan adanya majas yang melebih-lebihkan atau hiperbola. Hal ini
                     ditunjukkan dengan si aku yang membawakan resah, darah, mimpi, mayat,
                     dan arwah   sebagai persembahan pada seseorang. Perilaku si aku tampak
                     sebagai sesuatu yang berlebihan.
                         Majas  lain yang digunakan dalam puisi ini, yaitu majas repetisi atau
                     pengulangan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pengulangan kata /aku
                     bawakan ... padamu/tapi kau bilang .../  yang diulang berkali-kali dalam
                     setiap larik sebagai penegasan.
                         Adanya majas hiperbola dan repetisi dalam puisi tersebut sudah sesuai
                     dengan maksud penulis yang ingin mengungkapkan usaha terus-menerus
                     dan berulang yang dilakukan oleh si aku. Usaha tersebut sudah dilakukan
                     dengan segala kemampuan si aku. Bahkan, si aku sudah memberikan segala
                     yang dimiliki sampai tidak ada tersisa apa pun.
                         Tipografi merupakan cara menata tampilan puisi untuk menciptakan
                     kesan atau makna tertentu. Dalam hal ini, penulis puisi memiliki kebebasan
                     untuk  membentuk tampilan puisinya sesuai dengan maksud yang
                     disampaikan dalam puisinya. Adapun secara tipografi (tata wajah), puisi
                     ini tampak berbeda dengan puisi pada umumnya. Puisi “Tapi” ini pada larik
                     atau baris ganjil selalu berada di kiri atau lurus kiri. Akan tetapi, pada larik
                     genap selalu menjorok ke dalam atau dimulai dari tengah. Perbedaan ini
                     menyiratkan adanya pertentangan dalam makna kedua larik tersebut. Hal
                     ini juga menunjukkan adanya ketidaksejajaran antara sosok aku dan kau.
                     Seperti adanya ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan.
                         Puisi ini terdiri atas 1 bait dengan 16 larik atau baris. Baris pertama
                     hingga baris ke-14 terdiri atas 4 kata. Adapun baris ke-15 terdiri atas
                     5 kata dan baris ke-16 terdiri atas satu kata. Dengan demikian, tipografi atau
                     pengaturan wajah puisi tersebut sangat tepat. Tipografi tersebut berfungsi
                     membentuk tampilan visual, memberikan efek keindahan pada bentuknya,
                     serta mendukung makna atau maksud yang terkandung dalam puisi.





                       PANDUAN KHUSUS                         Bab 6   Berkarya dan Berekspresi     179
                                                                                 Melalui Puisi
   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196