Page 116 - Modul Pancasila, Kewarganegaraan & Pendidikan Anti Korupsi
P. 116
berbuat korupsi terhampar luas di hadapan para calon koruptor, terlebih
lagi banyak tersedia arena bagi koruptor-koruptor baru untuk
melampiaskan hasrat korupsinya. Itulah sebabnya diperlukan
penanaman nilai-nilai antikorupsi sebagai upaya pencegahan kepada
generasi muda. Mengapa nilai-nilai antikorupsi perlu disemaikan kedalam
jiwa dan roh generasi muda? Ada keyakinan bahwa generasi sekarang ini
adalah generasi yang lahir, tumbuh, dan berkembang di dalam sistem dan
budaya yang korup. Hal ini berakibat pada sikap permisif generasi
sekarang terhadap perbuatan korupsi. Secara lahiriah mereka mengutuk
dan mencela perbuatan korupsi, tetapi hati mereka tidak tega terhadap
para koruptor, sehingga mereka cenderung membiarkan dan memaafkan
para koruptor. Jika demikian halnya, selamanya korupsi tidak akan dapat
diberantas. Untuk itulah, generasi yang akan datang atau yang saat ini
disebut generasi muda harus didorong untuk mengembangkan sikap
menolak secara tegas setiap bentuk korupsi.
Perubahan dari sikap membiarkan dan menerima korupsi ke sikap
tegas menolak korupsi tidak akan pernah terwujud jika generasi sekarang
yang masih memiliki hati nurani tidak mau dan mampu membina
generasi muda untuk mengevaluasi dan memperbarui nilai-nilai yang
diwarisi dari generasi terdahulu dan sekarang sesuai dengan tuntutan,
perkembangan dan kebutuhan bangsa. Nilai yang dimaksudkan di sini
adalah sesuatu yang menarik, sesuatu yang dicari, sesuatu yang
menyenangkan, sesuatu yang disukai atau sesuatu yang baik (Bertens,
2001: 139). Nilai-nilai antikorupsi yang perlu disemaikan kepada generasi
muda, terutama mereka yang masih duduk di bangku TK, SD, SMP, SMA,
dan Perguruan Tinggi antara lain:
a. Kejujuran
Kejujuran adalah sifat (keadaan) jujur, ketulusan hati, dan kelurusan
hati (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002: 479). Kejujuran adalah
mengungkapkan sesuatu sesuai dengan kenyataan yang dilakukan,
dialami dan dirasakan (Sutrisno dan Sasongko, t.th.: 40). Kejujuran
merupakan dasar setiap usaha untuk menjadi orang kuat secara
moral (Suseno, 1987: 142). Tanpa kejujuran, manusia tidak dapat maju
selangkah pun, karena ia tidak berani menjadi diri sendiri. Tanpa
kejujuran, keutamaan-keutamaan moral lainnya akan kehilangan
nilainya. Bersikap baik kepada orang lain, tetapi tidak dilandasi
kejujuran adalah kemunafikan dan racun bagi diri sendiri. Tidak jujur
berarti tidak seiya-sekata dan itu berarti orang yang tidak jujur belum
sanggup mengambil sikap yang lurus.
108