Page 112 - Modul Pancasila, Kewarganegaraan & Pendidikan Anti Korupsi
P. 112

menggerogoti  keuangan  negara  dengan  melakukan  pemerasan,
                 penggelapan,  kecurangan,  penggelembungan  harga,  dan    perbuatan-
                 perbuatan    kotor    lainnya.    Terkait    dengan    hal  ini,  menarik  sekali
                 pernyataan seorang pejabat Thailand yang merasakan bahwa apa yang
                 selama ini dilakukan tidak termasuk perbuatan korupsi.

                 “Apa yang anda namakan korupsi, bagi saya adalah bertahan hidup. Anak
                 buah saya mengharapkan saya untuk membantu mereka dengan cara
                 apapun. Saya suka pekerjaan saya. Saya punya keluarga besar. Mungkin
                 ada cara-cara lain, tetapi saya tidak melihatnya, dan selain itu saya tidak
                 merugikan siapapun. Coba katakan, apakah ada pilihan lain? Anda mau
                 tahu berapa gaji saya? Saya tidak bodoh. Saya tahu tugas saya dan saya
                 kira  semua  orang  tahu  tugas  masing-masing.  Korupsi  memang  suatu
                 masalah  di  Thailand,  tetapi  tidak  ada  jalan  yang  lebih  baik  sekarang.
                 Selain itu, setiap orang di bagian ini sudah bertahun- tahun melakukan
                 korupsi.” (Pope, 2007: 18).

                 Dalam  agama  Hindu,  korupsi  merupakan  perbuatan  adharma  atau
                 menyimpang dari ajaran agama (Kuntoro, 2006: 16). Dharma yang benar
                 adalah  jika  segala  perbuatan  manusia  bertujuan  untuk  memberi
                 kesejahteraan,  sebab  sebagaimana  dalam  ajaran  Hindu,  kesentosaan
                 umat manusia dan kesejahteraan masyarakat datang dari dharma. Dalam
                 ajaran agama Hindu, korupsi merupakan perbuatan  menyimpang  dari
                 nilai-nilai  agama  (dharma),  nilai- nilai kebenaran dan kejujuran (satyam),
                 kebajikan (siwam), dan keharmonisan atau keindahan hidup (sundaram).
                 Oleh karenanya, ajaran Hindu mengingatkan, mereka yang tertipu sifat
                 guna (seperti rajas dan tamas) terikat pada  keinginan yang dihasilkan
                 olehnya; tetapi yang mengerti jangan sampai menyesatkan mereka yang
                 pengetahuannya tidak sempurna (Warta, 2006: 60).

                 Orang sudah tahu apa yang dilakukannya salah dan merugikan pihak lain,
                 tetapi  tetap  saja  dilakukan.  Karena  akibat  yang  ditimbulkan  luar  biasa
                 mengerikan bagi kehidupan rakyat, maka Majelis Ulama Indonesia (MUI)
                 mengeluarkan  Keputusan  Fatwa  Musyawarah  Nasional  VI  MUI Nomor
                 4/MUNAS  VI/MUI/2000  tentang  risywah  (suap),  ghulul  (korupsi),  dan
                 hadiah kepada pejabat (KPK, 2007: 4). Ini artinya, MUI sebagai lembaga
                 resmi pemerintah tegas-tegas telah melarang dan mengharamkan suap,
                 korupsi,  dan  pemberian  hadiah  kepada  pejabat.  Dengan  demikian,
                 sesungguhnya  umat  Islam  yang  merupakan  penduduk  terbesar  di
                 Indonesia  sudah  diberi  rambu-rambu  tentang  keharaman  perbuatan



          104
   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117