Page 108 - Modul Pancasila, Kewarganegaraan & Pendidikan Anti Korupsi
P. 108

Senada  dengan  apa  yang  dikemukakan  Klitgaard,  Bracking  (2007:  4)
                 memaknai  korupsi  dalam  konteks  administrative  corruption  atau
                 bureaucratic corruption, petty corruption, dan graft. Korupsi administrasi
                 atau  birokrasi  adalah  pembayaran  haram  yang  diterima  oleh  pegawai
                 negeri dari pengguna dalam menerapkan peraturan-peraturan, kebijakan-
                 kebijakan, dan hukum.

                 Dalam kaitannya dengan korupsi administrasi, Pope (2007: 8) melihat ada
                 dua kategori berbeda mengenai korupsi administrasi. Pertama, korupsi
                 terjadi  dalam  situasi,  misalnya  jasa  atau  kontrak  diberikan  sesuai
                 peraturan  yang  berlaku.  Kedua,  korupsi  terjadi  dalam  situasi  transaksi
                 berlangsung  secara  melanggar  peraturan  yang  berlaku.  Masih  dalam
                 hubungannya  dengan  perilaku  pegawai  negeri,  petty  corruption  juga
                 merupakan  korupsi,  berupa  tindakan-  tindakan  mengambil  uang  sewa
                 atau tindakan-tindakan kecil lainnya yang dilakukan oleh pegawai negeri.
                 Sementara  itu,  graft  adalah  pemanfaatan  sumber-sumber  publik  untuk
                 kepentingan  individu  atau  pribadi.  Sir  Arthur  Lewis  secara  singkat
                 memaknai  korupsi  sebagai  pembayaran  untuk  memperoleh  pelayanan
                 (just a payment for service).

                 Pemahaman  korupsi  dalam  konteks  politik  di  atas  berbeda  dengan
                 konsep  korupsi  dalam  pandangan  ekonomi.  Teori  ekonomi  klasik  dari
                 korupsi  memandang  korupsi  sebagai  salah  satu  cara  dari  beberapa
                 alokasi sumber-sumber langka, dimana perilaku rasional dari aktor-aktor
                 pasar  berhubungan  dengan  insentif  dan  sewa  (Bracking,  2007:  10).
                 Dalam pendekatan klasik, optimal amount of corruption adalah mungkin
                 dan diterima pula pandangan tentang biaya sosial marginal. Karenanya,
                 korupsi merupakan varian pilihan ekonomi dan seperti kebanyakan pilihan
                 ekonomi lainnya, ditentukan oleh harga pasar.

                 Dalam  pandangan  antropologi  ekonomi,  korupsi  mencakupi  perbuatan
                 menegosiasi  aturan-aturan  permainan  secara  fleksibel  (cair),  sistem
                 norma ganda, banyak pedagang perantara atau makelar, praktik-praktik
                 pemberian  hadiah,  jaringan  solidaritas  dan  kolusi,  solidaritas  keluarga
                 luas,  dan  bentuk-bentuk  kewenangan  neopatrimonial  atau  predator
                 (Bracking, 2007: 12).

                 Di China terdapat perluasan definisi korupsi yang mencakupi: (1)  tanwu,
                 yakni  pencurian,  (2)  shouhui  atau  menerima  suap, (3) nuoyong artinya
                 menyalahgunakan  kedudukan,  (4)  huihuo  langfei  bermakna
                 menghamburkan  uang,    (5)  yiquan  mousi  yang  berarti  mencari

          100
   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113