Page 118 - e-book sungai musi
P. 118
Di Kabupaten OKI, lelang lebak lebung menjadi salah satu
primadona pendapatan asli daerah (PAD). Pada 2013 pemerintah OKI
menargetkan PAD dari sektor ini sebesar Rp 5 miliar dan terealisasi
sekitar Rp 4 miliar lebih. Sementara tahun 2014 target PAD dari sektor
tersebut di atas Rp 5 miliar.
Sebenarnya, masih banyak sektor yang diyakini bisa
memberikan pendapatan fantastis yang bukan berasal dari lelang lebak
lebung, di antaranya pajak angkutan perairan berupa tongkang. Sekitar
53 perusahaan perkebunan yang beroperasi di OKI dan masing-
masing perusahaan membawa hasil bumi OKI yang tidak dikenakan
pajak yang sebagian menggunakan tongkang sebagai kendaraan
angkutnya.
Alih fungsi sawah lebak menjadi perkebunan sawit
Sekitar 146.279 hektar lebak dikelola 220 ribu petani di
Sumatera Selatan, terancam perkebunan sawit dan hutan tanaman
industri. Produksi padi lahan lebak pun kian menurun setiap tahun.
Saat ini, per tahun pendapatan mereka rata-rata Rp 8 juta atau hasil
padi sebanyak 2,67 ton per hektar.
Selama 15 tahun terakhir, sekitar 25 ribu hektar lebak hilang
dan digantikan dengan perkebunan sawit dan HTI. Alih fungsi lahan
ini sekitar 90% berada di kabupaten OKI, terutama di Kecamatan
Pangkalan Lampan dan Pampangan. Alih fungsi lahan lebak ini
karena lahan lebak dinilai tidak produktif padahal lahan lebak sudah
digunakan ratusan bahkan mungkin ribuan tahun yang lalu untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat OKI. Keadaan ini, ternyata
memberi dampak pada populasi kerbau rawa, burung, sejumlah jenis
ikan, serta tradisi kerajinan seperti tikar purun, yang mulai berkurang.
Dulu OKI terkenal sebagai sentra produksi susu dan daging kerbau.
Sekarang ini produk tersebut sulit didapatkan. Data BPS OKI 2004,
menyebutkan bahwa terdapat sekitar 220 ribu petani sawah lebak.
Para petani sawah lebak itu menyebar dan menggarap 39 persawahan
lebah di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) 45.687 hektar
(31,23%), Kabupaten Ogan Ilir 40.562 hektar (27,73%), dan
Kabupaten Banyuasin 16.705 (11,42%). Sisanya, 29,62% persen
86 SUNGAI MUSI; Jejak Perjalanan dan Pembangunan Berkelanjutan