Page 128 - ETPEM2016
P. 128
bangsa yang bebas, mandiri dan berkarakter. Jika dikaitkan dengan
‘penjajahan’ globalisasi, jiwa Pancasila berperan mengarahkan
kualitas sumber daya manusia yang mampu menangkal pengaruh-
pengaruh negatifnya. Tentu saja hal ini bisa terjadi apabila
Pancasila dapat dihayati dan diamalkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila dapat
dijadikan wawasan, motivasi dan orientasi pembangunan nasional
untuk memperkuat ketahanan nasional sesuai dengan landasan
visional wawasan nusantara.
Pada dasarnya Pancasila merupakan “lima nilai dasar” untuk
beretika dalam kehidupan bangsa Indonesia. Kelima nilai dasar itu
mencerminkan penghargaan pada prinsip-prinsip Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan, Kebangsaan, Demokrasi, dan Keadilan
Sosial yang kesemuanya mencerminkan harkat dan martabat
manusia yang beradab.
Pancasila sampai saat ini diakui masih mampu menjadi dasar
falsafah kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang
belum tergantikan kedudukannya bahkan telah teruji kekuatannya.
Walaupun pada saat-saat awal setelah reformasi 1997, Pancasila
hampir jarang disebut-sebut dan dikedepankan sebagai landasan
ideal bahkan ada yang sinis dan meragukannya, namun Pancasila
tetap kokoh. Menurut Notonegoro (dalam Salam, 1996:94),
“Pancasila adalah salah satu norma yang berlaku umum di dalam
tata kehidupan bangsa dan negara RI.”
Dalam Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang
Pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), pada pasal satunya
dinyatakan bahwa Pancasila sebagaimana tertulis dalam
112

