Page 146 - Toponim Magelang
P. 146

134         Toponim Kota Magelang












                                Potrobangsan - Plengkung I - Plengkung II - Pungkuran - Kadipaten - jaks -
                                MOSVIA- Plengkung Tengkon - Kemirikerep - Lembah Bukit Tidar, lantas mengalir
                                ke luar kota. Keberadaan Sungai Manggis dan Aquaduk membantu masyarakat dalam
                                pemenuhan kebutuhan air.


                                Dalam  arsip yang dikeluarkan Departemen Pekerjaan  Umum  No. 3797/SS tahun
                                1909 menyebut bahwa kebutuhan memperbaiki pasokan air minum bagi Magelang
                                secara memadai bisa dinyatakan terpenuhi. Juga dalam surat Panglima Angkatan Darat
                                tanggal 16 Maret lalu nomor 799/328 dijelaskan, pengusulan membuka pasokan air
                                baik bagi penduduk sipil maupun garnisun dengan menyuruh kesatuan zeni melakukan
                                pengukuran yang deskripsinya bisa disetujui oleh pembesar kolonial di Batavia.

                                Tahun 1923, pemerintah kota kemudian menyelenggarakan  layanan air bersih. Air
                                ledeng atau saluran pipa langsung ke rumah penduduk di kampung tidak langsung
                                berjalan mulus. Sebab, penduduk kampung tidak serta merta bersedia berlangganan
                                air ledeng dari pemerintah yang sejatinya berbayar itu. Mengacu hal itu, pemerintah
                                mengerjakan saluran pipa air ke perkampungan sekaligus mensosialisasikan “penting
                                dan murahnya” berlangganan air ledeng. Tarif air ledeng dipatok seharga f. 0.50/
                                bulan/4 m³ dengan tambahan tarif sebesar f. 0.20/m³ jika pemakaian melebihi 4m³
                                saban bulannya. Kian berkembangnya isu kesehatan, kian gencar pula air ledeng dengan
                                pipa-pipanya itu menerobos ke perkampungan. Tercatat tidak kurang dari 2000 persil-
                                persil di kampung yang melanggan air ledeng tahun 1935. Bagi yang tidak menggunakan
                                air ledeng, tentu saja masih mengandalkan air dari sumur atau air Sungai Manggis yang
                                membelah kota.


                                Melihat kenyataan Sungai Manggis yang membelah kota dan air melimpah, tanggul
                                bagi pemerintah Belanda merupakan unsur vital. Terlebih lagi berlatarbelakang negara
                                induk Belanda jago menjinakkan air, pemerintah kolonial memahami tujuan utama
                                tanggul buatan, yakni guna mencegah banjir di dataran yang dilindunginya. Tanggul
                                mengungkung pula aliran air sungai, menghasilkan aliran yang lebih cepat dan muka
                                air yang lebih tinggi. Tanggul bisa juga ditemukan di sepanjang pantai, di mana gumuk/
                                gundukan pasir pantainya tidak cukup kuat, di sepanjang sungai untuk melindungi dari
                                banjir, di sepanjang danau atau polder. Di samping itu, tanggul dibuat demi membentuk
                                batasan perlindungan untuk suatu area yang tergenang serta suatu perlindungan militer.
   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151