Page 196 - Toponim Magelang
P. 196

184         Toponim Kota Magelang












                                perempuan Indo sedang duduk bersantai di teras halaman rumah, seringkali penjual
                                makanan keliling melintas di muka rumah. Dalam studi historis Tedy Harnawan (2013)
                                perihal Magelang menjelaskan, penjual makanan keliling ini disebut waroeng, dan orang
                                Indo kaya bersama anak-anaknya menghindari makanan yang dijual karena tidak sehat.

                                Waroeng-waroeng ini terlihat kotor karena penjualnya menjajakan tanpa alas kaki. Untuk
                                mengubah pandangan tersebut, penjual minuman keliling mulai menggunakan gelas
                                kaca yang bersih untuk menarik minat pembeli. Seringkali perempuan Indo merasa
                                makanan waroeng sangat enak sehingga mereka tak jarang membelinya diam-diam dan
                                memakannya di belakang rumah untuk menjaga perilakunya sebagai orang Eropa.
                                                                                                      141

                                Sementara dalam tradisi masyarakat Jawa, warung dimaknai sebagai kedai, kios, toko
                                kecil, atau rumah makan sederhana. Di sini, warga bersantap sembari srawung atau
                                berkumpul. Dalam  momentum ini, mereka bukan hanya bersemuka saja, namun
                                juga belajar, menimba inspirasi atau ngangsu kawruh dengan sesama warga. Dengan
                                demikian, Kampung Tidar Warung bisa dimaknai  sebagai ruang  sosial  masyarakat
                                Magelang berinteraksi sosial di masa silam.                                Sumber: https://www.google.com/maps






























                   Lokasi Kampung
                     Tidar Warung  Sanata Dharma (2018).

                                141   Tedy  Harnawan.  “Di  Bawah  Bayang-bayang  Modernitas:  Orang-orang  Indo  di  Kota  Magelang
                                1906-1943”. Skripsi. (Jurusan Sejarah, FIB: UGM Yogyakarta, 2013). hlm. 117.
   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201