Page 197 - Toponim Magelang
P. 197

Toponim Kota Magelang    185











                     2. Tidar Campur


                     Kampung Tidar Campur, menurut warga setempat, tempo dulu merupakan tempat
                     campurnya aneka barang. Hingga detik ini, di Tidar Campur bercokol 3 industri kecil,
                     yaitu industri tahu, industri pengumpul barang  bekas/ rongsok, dan perusahaan
                     otobus Sumber Waras. Tampaknya tidak ada zonaisasi di kawasan ini, atau memang
                     tuntutan perkembangan  zaman, sehingga daerah  tersebut terkesan ramai. Kendati
                     demikian, kenyataan ini justru memposisikan Tidar Campur sebagai tempat penting
                     dalam dinamika perekonomian Magelang dan identitas kampungnya terpelihara dalam
                     benak masyarakat.

                     Menyoal pepunden atau tokoh lokal legendaris, di Tidar Campur terdapat tokoh Kyai
                     Rejomulyo, Kyai Jodrono, dan Kyai Ahmad Sirat. Makam para sesepuh kampung ini
                     juga  masih ada. Warga  setempat menjelaskan, Kyai Ahmad  Sirat adalah  orang  asli
                     pertama di Tidar Campur. Kyai Rejomulyo merupakan pengikut Pangeran Diponegoro
                     dalam  Perang  Jawa  tahun  1825-1830. Dalam  kajian  Peter  Carey tentang biografi
                     Pangeran Diponegoro tidak ditemukan nama tokoh ini. Bisa dipastikan, Rejomulyo
                     adalah prajurit berpangkat rendah atau mata-mata yang “ditandur” (ditugasi) di wilayah
                     Tidar Campur. Terakhir, Kyai Jodrono dipercaya sebagai sesepuh kampung.  Makam
                                                                                      142
                     mereka terawat, dan sering dikunjungi dengan alasan spiritual.


                     Dalam konteks wirausaha, lazim industri tahu semula digarap oleh komunitas Tionghoa.
                     Makanan berbahan kedelai ini diproduksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kaum
                     Tionghoa dan pribumi Jawa di Magelang. Selain harganya terjangkau, tahu juga mudah
                     diolah untuk campuran masakan maupun digoreng langsung untuk disantap.

                     Tidar Campur  juga dipakai untuk mengumpulkan barang  bekas  atau rongsokan.
                     Kala itu, kehadiran pemulung dan pembeli barang bekas keliling makin bertambah
                     jumlahnya. Realitas ini didorong adanya pengepul barang bekas yang mampu mendaur
                     ulang. Dalam sejarah industri di Magelang kontemporer, pengepul, pembeli barang
                     bekas, dan pemulung adalah  jaringan kerja baru yang saling mengantungkan satu
                     sama lainnya. Pengepul bergantung pada pemulung, dan pembeli barang bekas acap
                     berkeliling demi perolehan barang bekas untuk dijual kembali. “Sampah” barang bekas
                     yang dikumpulkan di Tidar Campur dimaknai sebagai barang ekonomis.


                     142  Wawancara dengan Bapak Danang dan Bapak Sagiyo, (3 Maret 2018. Jam 11.59 sd 12.57).
   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202