Page 20 - Toponim Magelang
P. 20

8          Toponim Kota Magelang












                                1830 ketika ada respon positif dari masyarakat, pasar ini digelar dua hari tiap satu
                                minggu dan jadwal pembukaan pasar ditempelkan di depan kantor Residen Kedu. 20

                                Setahun pasca Perang Diponegoro, pemerintah kolonial menitahkan teknisi merancang
                                pembangunan saluran air. Dengan memanfaatkan debit aliran Sungai Elo yang mengalir
                                di dekat Kota Magelang, teknisi Belanda hendak membangun saluran air yang melewati
                                kota dari utara ke selatan dan air terbuang ke Sungai Progo di Kabupaten Magelang.
                                Butuh waktu 8 bulan dan dana f. 15.000 guna merealisasi rencana ini. Namun proses
                                itu baru dimulai tahun 1856.


                                Saluran air dibangun melewati Kota Magelang ini disebut saluran Kali Manggis. Menjadi
                                sumber pengairan 625 bahu sawah di sekitar kota dan melayani pasokan air untuk
                                kebutuhan kebersihan rumah tangga penduduk kota. Semula keberadaan saluran hanya
                                untuk mengairi perkebunan tebu di Secang dan Mertoyudan, tapi dirasa bermanfaat
                                bagi penduduk kota maka saluran air Manggis beberapa kali direnovasi akhir abad XIX
                                agar fungsinya maksimal.
                                                      21

                                Memasuki abad XX, kebutuhan pasokan  air bersih bagi golongan  sipil dan militer
                                makin tinggi. Dampaknya, pemerintah pusat turut campur dalam pengadaan saluran
                                air. Pasalnya, sumur sebagai sumber air utama  pemasok kebutuhan tidak memberi
                                kualitas air yang layak pakai (keruh). Lewat kerjasama dengan institusi zeni yang juga
                                menjamin pengadaan air bagi barak militer, saluran air diperbaiki dan dibuat permanen
                                                    22
                                lewat pelapisan semen.  Kehadiran saluran air ini lalu menjadi icon utama Magelang
                                sebab lokasinya membelah kota dan berfungsi dalam morfologi ruang kota.


                                Terkait kewilayahan, Karesidenan Kedu permulaan abad XX tidak hanya mencakup
                                2 kabupaten, tapi lebih. Mengacu surat keputusan Gubernur Jenderal tertanggal 13
                                Juni 1901, area Karesidenan Kedu bukan cuma mencakup wilayah bagian Begalen.
                                Wilayah Kabupaten Kutoarjo bersama Karanganyar dihapus, lalu digabung Kabupaten
                                Purworejo dan Kebumen.  Wilayah Karesidenan Kedu terbagi menjadi 5 daerah, yaitu
                                                      23
                                20  “Advertentie”, dalam Javasche Courant, tanggal 8 Mei 1830, lembar ke-2.

                                21  “Waterleiding”, dalam De Locomotief, tanggal 24 November 1898, lembar ke-2.
                                22   ANRI.  Brief  van  Directeur  Burgerlijke  Openbare  Werken  aan  den  Gouverneur  generaal  van
                                Nederlandsch Indie 12 Juni 1909 no. 9497/A dalam bundel Algemeen Secretarie GB TZG Agenda 1891-
                                1942 nomor 4831.
                                23  Nur Aini Setiawati. “Kekurangmakmuran Penduduk di Pedesaan Karesidenan Kedu, Jawa Tengah
                                pada  Abad  XIX-Awal  Abad  XX”.  Laporan  Penelitian.  (Yogyakarta:  Gadjah  Mada  University-Leiden
                                University, 1997). hlm. 19-20.
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25