Page 18 - Toponim Magelang
P. 18

6          Toponim Kota Magelang












                                Korps ini terdiri atas warga sipil Eropa, Tionghoa, dan pribumi campuran, ditempa
                                instruktur militer Eropa. Setelah kaderisasi berjalan dan tepercaya, kesatuan tersebut
                                dipimpin komandan yang diangkat dari kalangan mereka sendiri. Korps ini menjadi
                                kesatuan setingkat kompi dipimpin perwira berpangkat kapten dan wakilnya seorang
                                letnan. Dalam  mengelola pasukan, ia sering dibantu instruktur Eropa berpangkat
                                sersan mayor dari garnisun Eropa setempat, termasuk membantu urusan pembayaran
                                gaji dan tunjangan. Persenjataan dan kebutuhan perlengkapan operasional lain dibiayai
                                bupati meski disediakan oleh kesatuan militer Eropa setempat. Mereka ditempatkan di
                                tangsi yang menampung 69 orang kesatuan Prajurit Jayeng Sekar. Mereka sedari 1849
                                terkena peraturan seperti yang juga berlaku bagi militer Eropa. 15

                                Sementara itu, bupati juga disampiri tanggungjawab menjaga keamanan dan ketertiban
                                di wilayahnya, termasuk menangkap pelaku kejahatan dan pemberontak. Ia memiliki
                                kesatuan keamanan sendiri yang disebut prajurit. Mereka terdiri atas orang pribumi dan
                                umumnya adalah kesatuan infanteri tanpa ada fasilitas kuda. Mereka dilatih instruktur
                                militer dan komandannya diangkat oleh residen setelah bersepakat dengan bupati. Jika
                                pemerintah Belanda membutuhkan tenaganya, korps prajurit ini bisa ditempatkan ke
                                daerah lain sebagai pembantu tentara menjaga keamanan. 16


                                Di Magelang, pemerintah kolonial juga menerapkan kebijakan eksploitasi agraria
                                Kultuurstelsel (1830-1870). Kesuburan wilayah Kedu memberi kontribusi penting bagi
                                pemasukan pemerintah dari sektor agraria dari sistem ini. Magelang menjadi daerah
                                penampung setoran hasil eksploitasi itu. Realitas ini berdampak pada pertumbuhan
                                kota dari aspek morfologi maupun demografi. Magelang difungsikan pula sebagai sentra
                                pengendali dan kontrol atas wilayah sekitarnya dalam hal distribusi dan sirkulasi. 17

                                Pertengahan abad XIX area perkotaan Magelang seluas 49 paal persegi dan terbagi
                                dalam pemukiman 324 kampung, memiliki potensi kehidupan ekonomi yang tinggi.
                                Tidak hanya mengatur semua di wilayah kota atau pusatnya, tetapi juga mengendalikan
                                daerah sekitarnya, terutama  Afdeeling  Magelang yang membentang hingga Distrik



                                15  Staatsblad van Nederlandsch Indie, tahun 1849, nomor 45.
                                16   Anon.  Wijze  van  beheer  en  toestand  der  Nederlandsche  Oost  en  West  Indische  bezittingen.
                                (Amsterdam, 1854, Weiting en Van der Haart). hlm. 31.
                                17  T.J. Stieltjes. Overzicht van hetgeen met de spoorwegen op Midden Java. (‘s Gravenhage, 1864,
                                Gebroeders J. & H. Van Langenhuisen). hlm. 34.
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23