Page 69 - Toponim Magelang
P. 69

Toponim Kota Magelang     57











                     3. Pucangsari


                     Periode kolonial, Kampung  Pucangsari dalam  Notulen  van de Openbare Vergadering
                     van de Gementeraad van Magelang disebutkan sebagai wilayah yang terkena perbaikan
                     jalan kampung tahun 1935 berbiaya f. 599,12.  Jalan di perkampungan memperoleh
                                                             23
                     perhatian pemerintah kolonial sedemikian rupa karena sering dikabarkan pemilik dokar
                     dan motor terpeleset hingga menubruk beberapa rumah penduduk. Jalan kampung
                     yang tidak nyaman serta berkelok-kelok dituding sebagai biang kerok. Terlebih lagi,
                     perbaikan ini diharapkan menghilangkan kesan kumuh perkampungan di Magelang,
                     salah satunya Pucangsari.

                     Menurut tradisi tutur, Kampung Pucangsari di masa lampau merupakan area yang
                     banyak ditumbuhi pohon pucang, maka warga lokal menamainya sebagai Kampung
                     Pucangsari. Jenis pucang biasa tumbuh di beberapa daerah di Nusantara. Masyarakat
                     Magelang dan Jawa klasik umumnya tentu mengenal jenis kayu pucang kalak yang
                     salah satu fungsinya sebagai bahan pembuatan tongkat dan teken. Kayu pohon Pucang
                     dianggap relatif kuat, ringan, dan awet. Tepatlah dipilih untuk membuat tongkat, di
                     samping sebagai kayu dapur bila kondisinya sudah lapuk. Manusia Jawa memaknai
                     tongkat bukan sekadar penyangga tubuh dan barang pajangan saja, tapi juga benda
                     spiritual.


                     Masyarakat elit Magelang tempo dulu masih percaya aliran animisme dan dinamisme
                     memanfaatkan pohon pocang untuk tongkat yang diyakini menambah kewibawaan
                     memang masuk akal. Bahkan, kita sampai kini kerab melihat dalam jajaran militer para
                     petinggi memegang tongkat, meski tubuhnya sudah gagah. Tongkat komando itu disebut
                     pula pusaka “sodo lanang” (lidi Pria). Seperti Bung Karno memegang atau mengempit
                     tongkat komando kala berpidato, menjalankan tugas negara, serta menemui rakyat dan
                     tokoh.

                     Dalam catatan sejarah, tongkat Presiden Soekarno terbahan pucang kalak yang tumbuh
                     pada  sebuah desa di Ponorogo. Dari kacamata spiritual, keberadaan pohon pocang
                     kalak dibutuhkan oleh tokoh dan membawanya ke pengrajin kayu. Merujuk keterangan
                     ajudan Presiden Soekarno sewaktu tampil dalam reality show “Mata Najwa”, diketahui
                     suatu ketika ada tamu bertanya perihal isi tongkat presiden. Lantas, tongkat itu dibuka


                     23  Arsip Notulen van de Openbare Vergadering van de Gementeraad van Magelang.
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74