Page 151 - Jalur Rempah.indd
P. 151

REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA  141



                   De  Baros yang mengikuti perjalanan  Alfonso d’Albuquerque dalam
                                                                         145
               laporan perjalanannya membahas tentang kejatuhan Malaka.   Malaka pada
               masa d’Albuquerque merupakan kota dagang kuat, pusat perdagangan antara
               selatan dan timur. Umat Islam dari Arab, India dan Persia di sini menerima
               sambutan baik tanpa menolak orang Hindu (dari Kalinga), orang Pegu, Siam
               dan Cina dalam aktivitas  perdagangannya. Orang Hindu Jawa banyak  yang
               tinggal di Malaka yang jumlahnya cukup besar. Di Malaka, Jumlah pedagang
               Jawa jumlahnya melebihi orang Melayu. Tidak ada kepala  kampung yang lebih

               kaya dan lebih kuasa daripada kepala koloni Jawa. Kota ini terbentang beberapa
               mil jauhnya di sepanjang pantai dan dibagi menjadi dua melalui sungai kecil,
               kampung pedagang dan kota yang ditandai dengan keberadaan masjid agung
               dan istana. Kedua bagian ini saling dihubungkan dengan jembatan kayu. Pada
               kedua ujung kota itu, terletak kota utama yang merupakan  tempat tinggal
               orang Jawa  (tentang  kota  utama,  dalam  karya  De Baros ini bagian  timur
               disebut Ilir dan bagian barat disebut  Upi). Di bagian timur para pedagang dari
               Tuban, Jepara, Sunda Kelapa  dan Palembang yang tunduk kepada penguasa
               kumpulan  orang Jawa, dan sebagai pimpinannya  adalah  orang Jawa yang

               dikenal  oleh orang Portugis sebagai  Utimuti  Raja.  Utimuti  Raja  dikisahkan
               sebagai  seseorang  yang  sudah berusia lanjut,  berusia kira-kira  80 tahun,
               yang kekuasaan dan kekayaannya hanya kalah dari Sultan Malaka. Penguasa
               kota utama barat yang tidak begitu kuat, yang terutama dikunjungi oleh para
               pedagang Gresik dan sekitarnya memiliki nama Kolaskar; kedua pimpinan ini
               di daerah kekuasaannya menjalankan kewenangan hukum yang tak terbatas.
               Mereka semuanya adalah pemeluk Islam.  146


                   Ketika Laksamana Portugis Diogo Lopez de Sequiera untuk pertama kalinya
               muncul di depan Malaka pada  1509 dengan sebuah armada lima kapal, Utimuti
               Raja  menyambut  orang Portugis  ini. Namun, Sequiera  dan orang Portugis
               lainnya   merasa  takut  dan curiga  apabila  terjadi  tindakan pengkhiatanan
               yang dialami oleh Alfonzo d’Albuquerque dan Sequiera, yang menyebabkan
               145  A.A. Fokker. “Episoden uit den tijd der Portugueeshe  heerschappij in Oost Indie, dalam De Indische Gids,
                   1892, jilid II, hlm. 1998-1999.
               146   Orang Portugis menyebut orang Gresik  yang terkenal sebagai orang Agaci, Agasim atau Agrasim. Mereka
                   mendengar  nama Gresik atau Garsik dari orang bumiputera Malaka.  Satu abad kemudian orang Portugus
                   menyebut orang Gresik sebagai Gerawasi. Lihat P.J. Veth, Java: Geographisch, Ethnologisch, Historisch,
                   eerste dee  (Haarlem: De Erven F. Bohn, 1896), hlm 257-260.
   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156