Page 66 - Nunung Martina - Etika Profesi Dan Kewirausahaan.pdf
P. 66
Hubungan antara tahap-tahap tersebut bersifat hirarkis, yaitu tiap
tahap berikutnya berlandaskan tahap-tahap sebelumnya, yang lebih
terdiferensiasi lagi dan operasi-operasinya terintegrasi dalam struktur
baru. Oleh karena itu, rangkaian tahap membentuk satu urutan dari
struktur yang semakin dibeda-bedakan dan diintegrasikan untuk
dapat memenuhi fungsi yang sama, yakni menciptakan pertimbangan
moral menjadi semakin memadai terhadap dilema moral. Tahap-
tahap yang lebih rendah dilampaui dan diintegrasikan kembali oleh
tahap yang lebih tinggi. Reintegrasi ini berarti bahwa pribadi yang
berada pada tahap moral yang lebih tinggi, mengerti pribadi pada
tahap moral yang lebih rendah.
2. Otonomi moral
Otonomi ini sebenarnya memiliki arti manusia menaati kewajibannya
karena sesuatu hal yang bernilai dan menjadi bagian dari tanggung
jawab manusia itu sendiri. Hanya manusia yang berotonomi moral
yang tentu taat dan patuh pada hukum. Kaitannya dengan etika
bisnis konstruksi ini ialah untuk memperkuat kesadaran para pelaku
bisnis konstruksi di Indonesia, ini adalah upaya untuk meningkatkan
otonomi moral pelaku bisnis tersebut.
Peningkatan otonomi moral dapat diperoleh dengan cara melatih
dan menyempurnakan kemampuan/kreativitas para pelaku bisnis
tersebut.
Menurut Martin dan Schinzinger (1994), disebutkan bahwa ada
beberapa keterampilan yang memiliki hubungan dengan kemampuan/
kreativitas, antara lain :
a. Memiliki kemahiran dalam mengenali suatu permasalahan serta
isu-isu moral di dalam bisnis konstruksi
b. Memiliki keterampilan memahami, menjelaskan secara kritis
dan mengkaji argumen yang berlawanan dari isu-isu moral
50