Page 40 - Merayakan Ibu Bangsa_201216_1406
P. 40
usang warisan masyarakat tradisional memaksa
perempuan menghamba pada laki-laki di lingkup
domestik. Sedangkan hubungan sosial yang
terlalu mengedepankan pencarian laba dan sarat
ketidakadilan memaksa perempuan menghamba
pada kepentingan pemilik modal di lingkup publik.
Karena itu, bagi Sukarno, kaum perempuan mesti
bersatu dengan kaum laki-laki menuntaskan
Revolusi Nasional yang akan mengakhiri penindasan
feodalisme dan kapitalisme di Indonesia.
Pandangan Bung Karno tentang peran
perempuan dalam Sarinah biasanya disebut
sebagai pandangan “feminis-sosialis”. Artinya,
Bung Karno berpegang pada dua ajaran:
feminisme sekaligus sosialisme. Di satu sisi,
ia mendukung kesetaraan antara laki-laki dan
perempuan seperti halnya para feminis. Di sisi
lain, ia meyakini tujuan emansipasi wanita sama
dengan tujuan emansipasi manusia seutuhnya,
yaitu perwujudan tatanan masyarakat sosialis
yang setara dan tanpa penindasan antar manusia.
Pandangannya itu tercermin pada bagian penutup
buku tersebut:
“Ya, benar saya memakai perkataan
‘sosialisme’—tetapi pakailah perkataan
lain kalau Tuan mau, asal isi maknanya
sama, yakni satu masyarakat yang
berkesejahteraan sosial dan berkeadilan
sosial. Yang di dalamnya tiada eksploitasi
manusia oleh manusia, tiada eksploitasi
pula manusia-oleh-negara, tiada
kapitalisme, tiada kemiskinan, tiada
40