Page 35 - Merayakan Ibu Bangsa_201216_1406
P. 35

Dalam suasana ini, pada 1953 dibentuk
            komite perayaan 25 tahun pergerakan perempuan
            dipimpin  Sri  Mangoensarkoro.   Komite   ini
            bertanggung-jawab  mengurus Yayasan  Hari
            Ibu. Tepat 25 tahun setelah pembukaan Kongres
            Perempuan Pertama, pada 22 Desember 1953
            diadakan  perayaan  besar  dengan  bendera
            Hari Ibu bergambar bunga putih dengan lima
            kelopak  dan  lima  daun  hijau  sebagai  lambang
            gerakan  perempuan  bersejarah  itu.  Di bawah
            lambang tersebut terdapat semboyan “Merdeka
            Melaksanakan Dharma”.
                    Di kemudian hari, Presiden Sukarno
            mengeluarkan Dekrit Presiden Nomer 316
            Tahun 1959 yang menyatakan bahwa tanggal
            22 Desember akan diperingati sebagai Hari
            Ibu, sebagai kenangan terhadap kepeloporan
            gerakan perempuan dalam Kongres Perempuan
            Pertama 1928. Dengan demikian, peringatan Hari
            Ibu di Indonesia sama sekali berbeda dengan
            yang dirayakan di tingkat internasional sebagai
            Mother’s Day. Bila Mother’s Day merupakan upaya
            mengapresiasi peran ibu dengan cara membantu
            pekerjaan domestiknya, maka Hari Ibu pada
            dasarnya perayaan atas pergerakan perempuan
            sebagai  ibu  dari  bangsa  Indonesia,  sebagai  para
            Srikandi nasional.
                    Pada 1947, Presiden Sukarno menerbitkan
            buku berjudul Sarinah yang menyatakan simpatinya
            terhadap gerakan perempuan. Dalam buku itu,
            Bung Karno menunjukkan akar permasalahan
            penindasan atas perempuan pada masa sekarang
            adalah feodalisme kapitalisme. Adat  dan  paham


                                                       35
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40