Page 72 - Merayakan Ibu Bangsa_201216_1406
P. 72

Di sini lah dukungan dari kaum laki-laki
        yang terlibat dalam pergerakan nasionalis sangat
        diperlukan. Kepercayaan akan datangnya zaman
        baru, kemajuan, dan lahirnya manusia-manusia
        baru harus menjadi semangat bersama. Perempuan
        mulai diajak mengenal dunia sosial baru di luar
        rumah atau lingkungan kerja mereka oleh lelaki
        terdekat yang terlibat dalam pergerakan nasional,
        apakah itu bapak, suami, saudara kandung, atau
        kerabat. Lelaki-lelaki  pejuang ini  pun  perlahan-
        lahan melihat pentingnya melibatkan perempuan
        dalam kerja-kerja politik mereka sebagai kawan
        seiring. Berikut cuplikan artikel yang ditulis oleh
        laki-laki pengarang atas nama perempuan dalam
        salah satu majalah pergerakan untuk umum: 3

               Menoeroet keadaan doenia pada ini wektoe,
               seharoesnjalah kita kaoem perempoean
               menoeloeng pakerdjaan kaoem lelaki,
               jaitoe pakerdjaan menoedjoe keperloean
               oemoem. Soedah berabad-abad kita kaoem
               perempoean  boleh  dikata  tidoer  poeles,
               tidak pernah melihat sinar matahari. Sebab
               moelai  djaman  doeloe  sampai  sekarang
               kita kaoem perempoean dipandang seperti
               perhiasan roemah tangga, dan mendjadi
               kepalanja koki. Tapi boeat ini djaman itoe
               atoeran haroes dirobah.

        Kongres   Perempuan   Indonesia  (KPI)  yang
        pertama boleh dikatakan merupakan hasil dari
        pergaulan  antara  kaum  perempuan  pejuang dan
        laki-laki tersebut. Diadakan hampir dua bulan
        setelah Kongres Pemuda II yang melahirkan
        Sumpah Pemuda, KPI menjadi ruang terbuka


        72
   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77