Page 71 - Merayakan Ibu Bangsa_201216_1406
P. 71
dirinya dan siap bekerja untuk masa depan
bangsanya.
Bagi Kartini perempuan tidak dapat
lagi diremehkan, “Perempuan itu sokoguru
1
peradaban!” Sebagai ibu mereka melahirkan dan
merawat generasi baru suatu bangsa. Apabila ibu
tidak diberi pengetahuan yang cukup tentang hal-hal
yang berguna bagi kesejahteraan dirinya dan sang
anak, apabila ibu hidup dalam kemiskinan dan tidak
bahagia, maka bangsa Jawa akan tetap tertindas
dan tertinggal oleh bangsa-bangsa lain. Pendapat
ini dikuatkan oleh perempuan pemikir dari tanah
Minangkabau, Roehana Koeddoes, yang meyakini
bahwa kita seharusnya menjalankan amanah Al-
Quran yang pertama, yaitu “Iqra!”(Bacalah!), dengan
mengizinkan perempuan menempuh pendidikan.
Roehana juga beranggapan bahwa perempuan
sangat mungkin berperan, “kalau bukan sebagai
pemimpin, sebagai orang yang pandai.” 2
Gagasan-gagasan baru untuk memajukan
perempuan ini menjadi inspirasi bukan saja bagi kaum
perempuan, tetapi juga bagi mereka yang terlibat
dalam pergerakan nasionalis secara umum. Kritik
pedas Kartini terhadap tradisi feodal priyayi Jawa
dan keangkuhan penguasa kolonial Belanda secara
khusus membuka wawasan kaum perempuan akan
kekuatan-kekuatan yang menindas dirinya. Lelaki-
lelaki pejuang pun perlahan-lahan melihat keluasan
dan kedalaman dampak penjajahan Belanda dan
bertahannya tradisi kolot sampai ke ruang-ruang
yang selama ini dianggap pribadi: rumah tangga.
Namun, untuk menarik perempuan begitu saja ke
luar rumah tidak mudah karena mereka segera akan
dianggap menyalahi kodratnya sebagai pengurus
keluarga dan rumah tangga.
71

