Page 66 - Merayakan Ibu Bangsa_201216_1406
P. 66
“wanita karir”. Liberalisasi ini juga melumpuhkan
kemampuan perempuan berorganisasi karena
iklim budaya individualistis yang mendorong
segalanya dipecahkan seorang diri. Alhasil,
tradisi berorganisasi secara politis di kalangan
perempuan menyurut pada masa Orde Baru.
Usaha mandiri kaum perempuan untuk
kembali bergerak secara terorganisir baru dimulai
sekitar akhir dekade 1980-an. Pada masa itu,
sebagian perempuan mulai aktif di berbagai
lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang
memprotes ketimpangan sosial-ekonomi-politik
di bawah Orde Baru.
Gerakan Perempuan di Era Reformasi
Pada bulan awal 1998, ketika Indonesia
dilanda krisis ekonomi parah sementara Orde Baru
belum juga tumbang, terjadi kelangkaan susu dan
harganya pun melambung tinggi. Sekelompok
ibu berinisiatif menggalang dana dan menjual
susu dengan harga murah. Pada 23 Februari
1998, mereka menggelar aksi di bundaran Hotel
Indonesia memprotes kenaikan harga susu. Mereka
berdemonstrasi di bawah ancaman “tembak di
tempat” aparat militer. Tiga puluh menit selepas
dimulai, aksi dibubarkan tentara dan beberapa ibu
diculik menggunakan truk tentara untuk diinterogasi.
Mereka ini adalah Suara Ibu Peduli (SIP).
Ibu-ibu yang menjadi inisiator dalam SIP
sebelumnya telah lama berjejaring dengan berbagai
gerakan LSM. Mereka menjadi salah satu pelopor
kesadaran baru perempuan masa Reformasi.
SIP mengembalikan semangat pergerakan
perempuan sebagai Ibu Bangsa yang dimulai sejak
66