Page 78 - Merayakan Ibu Bangsa_201216_1406
P. 78

periode organisasi-organisasi perempuan selalu
        akhirnya mengambil langkah kompromi demi
        menjaga persatuan nasional.
               Yang juga penting dicatat dari masa
        sebelum  kemerdekaan  adalah  perjuangan  kaum
        perempuan tetap berpijak pada pembedaan antara
        kegiatan-kegiatan di rumah dengan yang di luar
        rumah. Sebutan ibu bangsa boleh dikatakan lebih
        sebagai  simbol  keterlibatan  perempuan  dalam
        pergerakan nasional, apa pun kegiatan mereka.
        Sampai perang kemerdekaan menghancurkan
        batas-batas ruang pribadi dan ruang publik, dan
        perempuan   harus   memperluas    tugas-tugas
        keibuan sampai ke wilayah pertempuran, ibu bangsa
        berubah rupa. Mereka bergabung dalam laskar-
        laskar dan bertanggung jawab untuk, antara lain,
        mengupayakan suplai logistik, menyelenggarakan
        dapur umum dan merawat prajurit yang sakit.
               Keterlibatan perempuan secara aktif dalam
        setiap tahap perjuangan bangsa agaknya sangat
        menarik perhatian Sukarno. Di tengah kemelut
        peperangan mempertahankan republik baru
        (1947), Sukarno menyelenggarakan kursus politik
        bagi perempuan dan mendorong perempuan untuk
        tidak  hanya  memikirkan  kepentingan  perempuan
        saja,  tetapi  bahu-membahu  dengan  laki-laki
        menuntaskan revolusi Indonesia. Kumpulan catatan
        untuk kursus ini kemudian diterbitkan dalam
        buku  Sarinah. Selain itu, Sukarno hampir selalu
        menyempatkan diri untuk hadir dalam pembukaan
        pertemuan-pertemuan perempuan  yang  sifatnya
        nasional, dan menegaskan kembali pandangan-
        pandangan yang ia sampaikan di Sarinah : 5

               Wanita   Indonesia  adalah  semuanja,
               Saudara-saudara,    tegap-tegap   ikut

        78
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83