Page 81 - Merayakan Ibu Bangsa_201216_1406
P. 81
ragu untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan
politik. Mereka membuka rumah-rumah mereka
untuk bermacam kegiatan masyarakat sehingga
rumah tidak lagi menjadi ruang pribadi melainkan
ruang sosial. Politik berbangsa dan bernegara
menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan
setiap sosok yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan belajar memahami apa itu artinya
menjadi warga negara yang merdeka.
Puncak dari penggalangan kaum
perempuan ini adalah ketika pemerintah Sukarno
mencanangkan operasi Dwi Komando Rakyat
(Dwikora) untuk mengganyang Malaysia. Para
ibu dari segala lapisan masyarakat, dari istri
menteri sampai perempuan tani, ikut serta
dalam pelatihan-pelatihan sukarelawati (sukwati)
yang dipimpin tenaga-tenaga militer di seluruh
Indonesia. Pimpinan sukwati wilayah DKI Jaya,
Ny. Armistiani Soemarno, bercerita bahwa para
sukwati dilatih untuk melakukan berbagai macam
ketrampilan, bahkan untuk mengatasi bencana
alam. “Hampir di tiap kelurahan para Sukwati
membentuk kesatuan-kesatuan Bantuan Bencana
Alam yang terdiri dari kesatuan PPPK, Dapur
Umum, Angkutan, Evakuasi, Pembantu Pemadam
Kebakaran, dll. guna membantu petugas
pemerintah mengatasi kekacauan dan musibah.”
Lebih dari itu, perempuan tidak lagi dibatasi
tugasnya untuk menjaga garis belakang, tetapi
juga dilatih untuk menggunakan alat-alat tempur
agar siap diberangkatkan ke garis depan. 6
Proyek ibu bangsa yang berlangsung lebih
dari setengah abad mengalami kehancuran luar
biasa setelah 1 Oktober 1965. Salah satu komponen
penggerak utama kaum ibu sampai ke tingkat
81

