Page 8 - Merayakan Ibu Bangsa_201216_1406
P. 8
Kata Pengantar Direktur Sejarah
Pada tanggal 22 Desember 1928 sampai
26 Desember 1928, tak kurang dari 30 organisasi
perempuan berkumpul di pendopo Dalem
Joyodipuran, Yogyakarta, untuk menyelenggarakan
Kongres Perempuan Indonesia. Sekitar 1000
orang hadir dalam pertemuan yang menjadi
momentum awal dari gerakan perempuan
nasional itu. Mereka datang dari latar belakang
budaya yang beraneka-ragam, dari berbagai suku
dan kepercayaan. Mereka mengesampingkan
semua perbedaan itu dan mengerahkan kekuatan
bersama untuk memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi bangsa Indonesia. Mereka bersatu
untuk perubahan nasib bangsanya.
Dari notulensi rapat yang terarsipkan
dengan baik, kita dapat melihat rentang perhatian
mereka. Tuntutan kesetaraan gender bukanlah
satu-satunya isu yang dibahas. Persoalan
pemberantasan buta huruf, kawin paksa,
kemiskinan dan kesehatan ibu melahirkan
tidak luput dari perhatian kaum perempuan
angkatan 20-an itu. Encik Siti Marjam, salah
seorang peserta yang berpidato dalam Kongres,
menyatakan: “Jika Perikatan Perempuan
Indonesia hendak menjalankan tugas sosial,
hendaklah memperhatikan hal-hal berikut ini.
Pertama, mengadakan dana untuk pakaian anak
sekolah yang miskin. Kedua, mengadakan dana
pertolongan bayi dan ibunya di kampung-kampung.
Ketiga, mendirikan rumah peristirahatan
anak-anak. Keempat, mengadakan aksi untuk
8