Page 9 - Merayakan Ibu Bangsa_201216_1406
P. 9
menghapus buruh anak dan mengeluarkan UU
Wajib Belajar. UU Wajib Belajar ini dapat menjadi
perlindungan terhadap perkawinan anak-anak.
Kelima, menetapkan batas jam kerja untuk
melindungi perempuan yang bekerja. Keenam,
membuat kursus untuk mendidik perempuan dari
kampung tentang kesehatan dan cara mengurus
bayi.” Dari bukti sejarah ini, tampak bahwa kaum
perempuan Indonesia pada masa itu membahas
masalah-masalah yang sebetulnya merupakan
masalah nasional, bukan hanya masalah gender.
Di kemudian hari, melalui Dekrit Presiden Nomor
316 Tahun 1959, tanggal 22 Desember diperingati
sebagai Hari Ibu demi mengenang tonggak
pertama kepeloporan gerakan perempuan dalam
Kongres Perempuan Indonesia 1928. Sejak saat
itu, pemerintah secara rutin memperingati Hari
Ibu setiap 22 Desember.
Semangat yang melandasi Hari Ibu
yang kita rayakan tiap tahun tidak sama
dengan Mother’s Day yang diperingati di tingkat
internasional. Mother’s Day kerapkali dimaknai
sebagai hari untuk menghargai jasa-jasa ibu,
biasanya diwujudkan dalam upaya keluarga untuk
membantu meringankan tugas-tugas domestik
ibu, seperti mencuci piring, menyapu, memasak
dan sebagainya. Hari Ibu yang kita rayakan secara
nasional sepenuhnya berbeda dari semangat
itu. Hari Ibu diselenggarakan untuk merayakan
usaha kaum perempuan yang bergerak bersama
membangun negara atas dasar kebangsaan yang
menjunjung tinggi kesetaraan gender.
9