Page 14 - Merayakan Ibu Bangsa_201216_1406
P. 14

pertengahan abad ke-19, dikenal sosok Aji Siti, janda
        cerai  Sultan  Kutai  yang  memerintah  Kota  Bangun
        dan memimpin pertempuran semasa mudanya.
               Dalam       lingkup     sosial-budaya,
        sebagian masyarakat tradisional di Nusantara
        memungkinkan peran aktif perempuan di
        masyarakat. Di Ambon, misalnya, perempuan
        bisa menjadi anggota persidangan di dewan kota
        dan dewan gereja. Perempuan Ambon memiliki
        hak bersuara di tengah masyarakat. Di Minahasa,
        perempuan  tidak  mengenal  tradisi  pingitan  yang
        lazim menimpa perempuan Jawa. Mereka justru
        aktif bergaul secara setara dengan laki-laki dan
        memiliki kebebasan menempuh pendidikan
        seperti kaum pria.
               Meski begitu, bila kita meninjau kondisi
        umum perempuan dalam masyarakat tradisional
        di Nusantara, keadaannya tidak begitu cerah.
        Peran aktif perempuan dalam lingkup ekonomi,
        politik  dan  sosial-budaya  seperti  di  atas  hanya
        berlaku di wilayah tertentu, kerapkali dalam
        situasi khusus.
               Dalam masyarakat Minangkabau yang
        matrilineal, wewenang adat tertinggi berada di
        tangan lelaki, khususnya para penghulu yang
        tergabung dalam lembaga adat  Ninik  Mamak. Di
        Bali, peran aktif perempuan di lapangan agrikultur
        malah  memungkinkan  kaum  lelaki  untuk
        bersantai main judi sabung ayam dan memegang
        hak  eksklusif  untuk  menyelenggarakan  upacara
        keagamaan. Di Jawa, peran perempuan di ranah
        sosial-budaya betul-betul dibatasi hingga wilayah
        hidupnya hanya berkisar antara dapur dan


        14
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19