Page 127 - Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
P. 127
Dra. Triana Wulandari, M.SI., dkk. (eds.)
anak-anak, jika perlu mem-bawa perkara-perkara itu ke depan Raad
Agama (Pengadilan Agama).
4) Bergabung dalam organisasi P4A
Kaum perempuan Indonesia ikut serta dalam organisasi
Perkumpulan Pemberantasan Perdagangan Perempuan
dan Anak--anak (P4A). Keanggotan organisasi ini terdiri dari para
lelaki dan perempuan yang dibentuk pada bulan April 1930.
Melalui Kongres Perempuan Indonesia ke-III, para anggota
kongres menyarankan agar proses pengimpor film dilaksanakan lebih
teliti. Selain itu, dalam badan pemeriksa (sensor) film, hendaknya
melibatkan peran perempuan Indonesia.
Menindaklanjuti gabungnya kaum perempuan itu, keputusan
Kongres P4A pada bulan April 1940, mengusulkan kepada
pemerintah: agar anggota Polisi Kesusilaan ditambah dan agar
perempuan Indonesia juga ikut duduk dalam keanggotaan Polisi
Kesusilaan.
d) Peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan penting sesudah
Kongres Perempuan Indonesia ke-III tahun 1938
1) Perempuan mendapat Hak untuk Dipilih.
Pada tahun 1938, Pemerintah Hindia-Belanda memberi Hak
untuk Dipilih (Passief kiesrecirt) kepada kaum perempuan Indonesia
terkait keanggotaan Dewan Kota (Gemeente Raad).
Ada 4 perempuan yang kemudian terpilih sebagai anggota, yaitu
Ny. Emma Puradireja di Bandung; Nn. Sri Umiyati di Cirebon; Ny.
Sunaryo Mangunpuspito di Semarang; dan Ny. Siti Sundari Sudirman
di Surabaya.
2) Komisi Visman menyimak keinginan Perempuan
Pada permulaan tahun 1941, Komisi Visman (Commissic. Visman)
mengundang Ny. Sunaryo Mangun-puspito dan Ny. Sri Mangunsarkoro.
95 95

