Page 79 - Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
P. 79
Dra. Triana Wulandari, M.SI., dkk. (eds.)
sekaligus membuktikan pula kesinambungan nilainya dahulu dan
masa kini (Damardjati Supadjar, 1993). Kalau “Pangastuti” atau abon-
aboning panembah, tersebut dapat dipandang sebagai salah satu
Etika Jawa, yang berkesinambungan dahulu dan untuk masa kini,
maka dalam arti apa/bagaimana: Etika, dari dan untuk orang Jawa?
Sinuhun P.B. IX ketika menguraikan “Filsafat” Hanacaraka,
mengatakan bahwa caraka (cipta – rasa – karsa) sebagai utusan Tuhan
menyatu di dalam napas, ambegan; jadi bukan sekedar pengetahuan/
ilmu melainkan juga laku; maka nilai kemanusiaan Jawa diukur dari:
Ambeg-nya: ambeg satria-inandhita, ambeg jatmika ambeg candhala
ing budi dan lain sebagainya. Kata-kata Jawa memang mempunyai
konotasi gandha (lahir – batin). Ambegan = napas; tapi lebih dari
itu, ambegan mengacu kepada kriteria etis: ambeg …, ambeg…
Wungon tidak saja berarti: bangun (berjaga), tapi juga menambah
kadar sinar: wungu (ultra-violet), suatu unsur terpenting bagi daya
ke-washitha-an (clairvoyance; helderziend).
Apakah ini hanya suatu: othak-athik-mathuk? mengapa tidak?
Sebagai suatu metode bahkan memasukkan cara-cara Frobel dan
Montessori: namun masalahnya, seharusnya tidak hanya berhenti
pada rekonstruksi atau konstruksi teoritis, melainkan mem-
verifikasikannya kepada realitas; dalam hal ini laku – perbuatan
(way of life: cara hidup); dengan demikian kita akan menghargai
sepenuhnya pesan Magnis Suseno, agar tidak berpantang memulai
dengan suatu konstruksi teoritis.
C C erjuangan Perjuangan Pererempuan antara empuan antara TTradisi dan Mradisi dan Modernisasiodernisasi
erjuangan Perempuan antara Tradisi dan Modernisasi
C.. C.. C.PP PP Perjuangan Perjuangan Pererempuan antara empuan antara TTradisi dan Mradisi dan Modernisasiodernisasi
Kaum perempuan, khususnya perempuan yang berasala dari
kraton Jawa, senantiasa berjuang pada wilayah etiket. Etiket ber-
hubungan erat dengan Tradisi. Pada masa kini, karena modernisasi,
lalu menampakkan sifat kelenturan. Dengan berpegang pada azas
Tri-Kon, mengamati Etika, dalam rangka: Tradisi dan Modernisasi.
47
47