Page 80 - Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
P. 80

Perempuan dalam Gerakan Kebangsaan
                                       Perempuan  dalam  Gerakan Kebangsaan
                   Pergeseran ajaran komoslogi (ning-rat) menjadi perwatakan
               socio-kultural-ekonomis (feodal), sungguh merupakan obyek telaah
               yang amat menarik. Peringatan para pendiri bangsa agar, “Pemuda
               jangan terbelenggu oleh sejarah masa-lampau”, memberi isyarat agar
               kita selalu korektif (Damardjati Supadjar, 1993). Sifat korektif
               demikian bahkan juga disadari oleh fihak kolonial dahulu, yaitu
               ketika mereka melanjutkan kolonisasi secara “etis”: irigasi (etika
               lingkungan); edukasi (etika individual), dan transmigrasi (etika sosial),
               masih relevan untuk diperhatikan.

                   Dibicarakan Etika dan Tata-Krama Jawa (seiring dengan Sunda
               dan Bali) dahulu dan masa kini dalam rangka Seminar (Festival)
               Bahasa/Sastra, Etika dan Seni Tradisional), tidak dapat dilepaskan
               dari momentum Alih Generasi dan Alih Teknologi khususnya dan
               momentum pembangunan pada umumnya. Bangsa Indonesia sedang
               melakukan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, yaitu
               ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pendidikan dan lain-lain.
               Pembangunan dan perkembangan masyarakat berjalan kait-
               mengait,karena pem bangunan mempunyai pengaruh terhadap
               perkembangan masyarakat, sebaliknya perkembangan masyarakat
               menuntut pembangunan di segala bidang. Sudah tidak asing lagi
               bahwa dalam rangka pembangunan nasional, ilmu pengetahuan dan
               teknologi memegang peranan penting. Bahkan sementara orang
               berpendapat bahwa masyarakat sekarang dan mendatang akan
               dipimpin oleh pengetahuan termasuk teknologi dan e-konomi.

                   Kaum positivist misalnya menolak nilai-nilai teologik dan
               kosmologik dan mengagungkan nilai positif yaitu yang berlaku kini
               dan disini. Kaum positivist juga dihadapkan pada kenyataan, bahwa
               masyarakat dalam fase positif pun menghadapi berbagai masalah
               yang cukup rumit. Dalam fase ini ternyata masyarakat juga belum
               hidup aman-tenteram dan sejahtera, tetapi dihadapkan pada berbagai
               peperangan, bentrokan, pembajakan dan teror serta penindasan baru



                                             48
                                             48
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85