Page 29 - Bangga Jadi Anak Indonesia – Kumpulan Cerpen Karya Murid SD di Kabupaten
P. 29

LEBARAN TANPA AYAH


                                                     Oleh : Etry Nayla


                   …Allahu Akbar… Allahu Akbar…Allahu Akbar LaaIllaha Illaullah Waullahu Akbar….
                   Takbir berkumandang dengan merdunya. Aku dan kakak sangat bersemangat untuk
               berangkat ke lapangan sepak bola yang telah disulap oleh masyarakat secara gotong-
               royong di desa kami sebagai tempat untuk melaksanakan Shalat Idul Fitri.
                   Wangi masakan ini sangat menggoda dan menusuk hidung. Lapa-lapa, ayam parende,
               sirkaya, waje, cucur dan banyak lagi. Semua masakan khas lebaran di daerahku. Sambil
               bersenandung  aku  cepat-cepat  menyiapkan  gamis  merah  muda  yang  sangat  cantik
               sebagai hadiah lebaran dari ibu. Kemudian aku menuju kamar mandi. Tidak butuh waktu
               lama, aku telah selesai mandi dan pakai baju.
                   Tanpa aku minta, Kak Imas mengambil kerudung di dekat baju koko ayah yang
               tergantung kemudian disodorkannya padaku.
                   “Kak, apa Ayah tidak akan datang?” Tanyaku pada Kak Imas.
                   “Kata Ibu, ayah datang hari ini. Tepat hari lebaran!”jawab Kak Imas sambil berlalu untuk
               bersiap pula.
                   Aku memegang baju koko ayah yang sudah disiapkan oleh ibu sejak tiga hari yang
               lalu. Sejak ayah menelpon dan memastikan akan pulang hari ini. Aku sangat bahagia.
               Dari bingkai jendela depan rumah, sesekali aku menengok untuk melihat ayah yang akan
               datang. Matahari bersinar dengan teduhnya, tetapi ayah belum tampak juga.
                   Terbayang wajah ayah yang sangat aku sayangi akan menyambutku di depan pintu
               ketika aku kembali dari shalat Idul Fitri. Aku ingin memeluknya, duduk di pangkuannya,
               dan menceritakan bahwa puasaku penuh sebulan. Aku juga ingin memberinya kejutan,
               aku sudah khatam Qur’an tepat di malam Nuzul Qur’an. Aku terus tersenyum dengan
               riang.
                   “Ayo Dek, kita berangkat!” Seru Kak Imas.
                   Setengah berlari aku keluar kamar dengan hari gembira. Nampaknya ibu tidak ikut
               serta ke lapangan untuk shalat Idul Fitri. Ibu sedang berhalangan dan akan menunggu
               ayah di rumah. Ibu merapikan kerudungku dengan penuh kasih sayang lalu aku dan Kak
               Imas mencium tangan ibu sembari mengucap salam.
                   Lapangan begitu ramai.  Teman-temanku datang bersama saudara dan ayah ibu
               mereka. Meski aku hanya berdua dengan Kak Imas, tetapi aku tetap bahagia, sebab ibu
               ada di rumah dan sebentar lagi ayah akan tiba.
                   Diiringi takbir kemenangan, para jamaah yang berdatangan mengambil tempat masing-
               masing. Tak terkecuali aku dan Kak Imas. Barisan dirapatkan. Setelah tertib, shalat Idul
               Fitri dijalankan sampai selesai. Khotbab Idul Fitri dibaca dan selesai. Aku serta Kak Imas
               setengah berlari pulang ke rumah. Tak sabar ingin bertemu ibu, juga ayah yang telah lama
               kami rindukan.
                   “Ayo Kak, cepat sedikit. Ayah pasti sudah menunggu kita!” Seruku pada Kak Imas.
                   “Iya Dek, sabar. Pelan-pelan. Iya ayah pasti sudah menunggu kita. Hati-hati!” sambut
               Kak Imas sambil memegang tanganku.
                   “Ayah pasti bawa banyak oleh-oleh.” Lanjut Kak Imas.
                   “Iya donk, ayah sudah janji untuk membawakan tas sekolah juga jilbab baru untuk ke
               sekolah.” Jawabku.




                                                           17
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34