Page 31 - SALAM REDAKSI
P. 31
E_cerpu
Rekontruksi Pendidikan Generasi Z
Sistem pendidikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya
dan masyarakat sebagai suprasistem (Tirtarahardja & Sulo, 2005:226). Kaitan yang erat antara
bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai suprasistem tersebut yaitu
sistem pendidikan menjadi bagian dalam menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga
permasalahan intern dalam sistem pendidikan itu mejadi sangat kompleks. Pada dasarnya ada
dua masalah pokok, salah satunya adalah “cara untuk membekali peserta didik dengan
keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan masyarakat
dengan tidak meninggalkan karakter seorang pelajarnya (Tirtarahardja & Sulo, 2005:230).
Akhir-akhir ini sering sekali beredar kasus yang mencoreng dunia pendidikan. Hal ini
dapat menjadi salah satu ukuran kualitas pendidikan di Indonesia. Mengutip dari media surat
kabar online, Kompas, Februari 2022 lalu, seorang guru dianiaya oleh siswanya sendiri hingga
akhirnya meninggal dunia. Guru tersebut bernama Eko Hadi Prasetya. Guru tersebut kehilangan
nyawa akibat penganiyaan oleh AB dan HR (15 tahun), yang tidak lain adalah siswanya sendiri
di Pondok Pesantren Darus As’sadah Samarinda. Sementara itu, tahun 2020 lalu sempat juga
beredar video yang sangat memprihatinkan. Dalam video tersebut, terlihat seorang siswa yang
menantang gurunya setelah dinasehati. Bahkan siswa tersebut mengatai gurunya monyet.
Tentu saja rangkaian kasus ini sangat memprihantikan. Kasus demi kasus yang terjadi
menimbulkan pertanyaan, “Bagaimana adab mereka terhadap ilmu dan guru?” ataukah para guru
di Indonesia telah gagal mendidik para siswa beradab dan hormat kepada guru-gurunya? Oleh
karena itu, perlu dikaji lebih lanjut mengenai makna pendidikan yang berkualitas sesungguhnya.
Fenomena kasus-kasus yang semakin marak dan semakin berani dalam berperilaku itu
seolah menunjukkan sistem pendidikan di Indonesia. Mereka secara tidak langsung
menunjukkan kegagalan guru dan pihak sekolah dalam mengawasi dan mendidik perilaku
siswanya. Anak muda terkenal dengan sifat “labil” yang tentu saja hal tersebut membuat anak
muda membutuhkan bimbingan orang dewasa, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan
sekolah. Menurut Darajat (1990:23), remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan
dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya
maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak- anak apabila dilihat dari segi fisik dan
segi psikisnya, namun mereka juga belum memasuki masa dewasa. Pada masa remaja, mereka
membutuhkan bimbingan yang tepat dari orang-orang disekitarnya.
Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan
masyarakat luas (Tirtarahardja & Sulo, 2005:162). Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai
tripusat pendidikan. Pihak sekolah tentu memiliki peran yang penting bagi perkembangan anak
didiknya. Karena sebagian besar waktu anak didik dihabiskan di lingkungan sekolah. Fenomena
yang dilakukan siswa-siswa tersebut tentu saja tidak lepas dari pengaruh lingkungan, dan hal
tersebut menunjukkan bahwa sekolah tidak berhasil menciptakan lingkungan yang efesien dan
efektif untuk berlangsungnya proses pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu proses seseorang dapat memiliki pengetahuan hidup, sikap,
dan keterampilan hidup guna bekal hidup layak di tengah-tengah masyarakat. Proses tersebut
mencakup peningkatan kemampuan intelektual, personal, dan kemampuan sosial yang
diperlukan bagi siswa sehingga tidak saja berguna bagi diri pribadi dan keluarga, tetapi juga
keberadaannya bermanfaat bagi masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Susanti (2018:23)
31