Page 39 - SALAM REDAKSI
P. 39
"Saya sangat berhutang budi sama Bapak, terima kasih banyak. Bapak bukan hanya
membebaskan saya, tapi juga menyelamatkan masa depan saya." Jingga menghapus air matanya
dengan jari telunjuknya. Entah sejak kapan dia menangis.
"Sama-sama, Mbak yang tenang. Masih ada sahabatnya ini di sebelah saya." Bapak itu
menunjuk Grey dengan dagunya.
Jingga tersenyum samar. "Terima kasih, Grey!"
"Apapun untuk Jingga, sini!" Grey merentangkan kedua tangannya.
Dengan sisa tenaganya, Jingga berlari kecil menuju dekapan Grey. Sangat nyaman.
Setelah itu, Jingga meninggalkan tempat tinggalnya. Dia tidak tahan tinggal bersama
ayahnya sendiri, dan memutuskan untum menuju rumah Grey. Ibu Grey sangat baik kepadanya,
dia akan sangat nyaman jika berada di sana.
Rumah Grey adalah definisi rumah yang sebenarnya bagi Jingga. Hanya di rumah Grey, Jingga
bisa menjadi dirinya sendiri. Dia bisa melakukan apa yang menyenangkan, bukan atas dasar
keterpaksaan. Dia harus membuktikan bahwa dia bisa tanpa bantuan dana dari ayahnya. Jingga
menjadi lebih mandiri, dia selalu pergi bekerja setelah pulang sekolah.
"Mama ... Jingga udah bebas, Mama harus jemput Jingga sekarang!" pinta Jingga
menatap langit.
Jika Jingga sudah tidak dibutuhkan, untuk apa dia hidup? Hidupnya hanya akan membebani
banyak orang.
Tapi, Grey menguatkannya. Seperti yang Grey bilang, Jingga harus tetap hidup untuk dirinya
sendiri. Alasan Jingga bertahan, harus dirinya sendiri. Karena pada kenyataannya, Jingga
memang benar-benar sendiri.
**TAMAT**
-nvchyn-
39