Page 100 - KFR SEMESTER 2 2018
P. 100

Untuk mengurangi kemiskinan pemda lingkup Bengkulu dapat memanfaatkan

                  dana  desa.  Dengan  perencanaan  yang  baik  dana  desa  dapat  digunakan  untuk
                  kesejahteraan  masyarakat  desa  yang  mempunyai  efek  multiplier  sehingga

                  kesejahteraan masyarakat desa dapat terjaga kesinambungannya.
                  2.  Ketimpangan (Gini Ratio)
                                             Masalah lain yang dihadapi oleh perekonomian Bengkulu
                    Ketimpangan ekonomi
                    pada 2018 mencapai   adalah  persoalan  ketimpangan,  jika  diukur  secara  teoritis  angka
                    0,335. Kegiatan
                    perekonomian      ketimpangan Bengkulu masuk dalam kategori sedang. Namun jika
                    cenderung terpusat di   dilakukan  pengelompokkan  kategori  tingkat  ketimpangannya
                    Kota Bengkulu dan
                    Kabupaten Rejang   termasuk  tinggi  yaitu  0,355  pada  September  2018.  Tingginya
                    Lebong            angka Gini Rasio akan menghambat penurunan angka kemiskinan,

                  dari  berbagai  macam  studi  empiris  yang  dilakukan  oleh  para  ekonom,  menunjukkan
                  bahwa dengan distribusi pendapatan yang timpang akan menyebabkan pertumbuhan
                  ekonomi sulit mereduksi angka kemiskinan yang lebih signifikan. Pertumbuhan ekonomi

                  hanya  dapat  dinikmati  oleh  kelompok  masyarakat  yang  jumlah  terbatas,  sementara
                  kelompok  masyarakat  yang  jumlah  lebih  besar  porsi  kue  ekonomi  yang  didapatkan
                  sedikit.


                         Jika dilihat faktor penyebab ketimpangan distribusi pendapatan secara teoritis
                  cukup  banyak,  namun  jika  dianalisis  secara  faktual  salah  satu  faktor  pendorong
                  ketimpangan  yang  cukup  tinggi  di  Bengkulu  adalah  kegiatan  ekonomi  cenderung

                  terpusat di dua daerah, yakni Kota Bengkulu dan Kabupaten Rejang Lebong. Apabila di
                  lihat dalam Bab II dan Bab III terlihat bahwa lebih dari separuh belanja APBN dan APBD
                  berputar  di  wilayah  Kota  Bengkulu.  Menghadapi  situasi  seperti  itu,  maka  diperlukan

                  peran  pemerintah  daerah  lewat  perencanaan  yang  baik  untuk  mendorong  distribusi
                  kegiatan  ekonomi  tidak  terlalu  terpusat  di  Kota  Bengkulu.  Lewat  perencanaan
                  pembangunan  dengan  memperkuat  orientasi  pembiayaan  di  perdesaan  maka

                  diharapkan belanja APBN dan APBD terdistribusi secara merata berdasarkan kebutuhan
                  diluar wilayah perkotaan salah satunya dengan memanfaatkan Dana Desa.

                  3.  Kesehatan Fiskal Kurang
                                              Kondisi  APBD  Bengkulu  menunjukkan  relatif  sempitnya
                    APBD di Pemerintah
                    Daerah lingkup    ruang  fiskal  untuk  membiayai  kegiatan  yang  menjadi  prioritas.
                    Provinsi Bengkulu   Sesuai dengan perhitungan Kesehatan fiskal yang telah di bahas
                    mencerminkan
                    sempitnya ruang fiskal   pada Bab III, dalam grafik III.13 terlihat bahwa semua Pemerintah
                    dan rendahnya
                    kemandirian fiskal   Daerah di wilayah Bengkulu memiliki kesehatan fiskal yang kurang.

                    APBD di Pemerintah




                                                                KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN        75
                                                                             PROVINSI BENGKULU
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105