Page 20 - SISTEM EKSKRESI MANUSIA
P. 20
Secara histologi, studi tentang anatomi mikroskopik menunjukkan dua tipe sel hati
yaitu sel parenkimal dan sel non-parenkimal. 80% dari volume hati terdiri dari sel
parenkimal yang sering disebut hepatosit. Sel non-parenkimal mengisi 40% dari
total jumlah sel hati namun hanya menempati 6,5% volume hati.
Hepatosit tersusun tidak beraturan dan bercabang-cabang. Di antara sel-sel
hepatosit tersebut terdapat ruang endothelial-lined yang disebut sinusoid yang
diteruskan ke aliran darah. Sinusoid tersebut terdiri dari sel fagosit dan sel kupffer
yang berfungsi untuk merombak sel darah merah dan menghasilkan empedu.
Sinusoid tersebut terhubung langsung dengan vena pusat.
1.2. Fungsi Hati dalam Sistem Ekskresi pada Manusia
Hati termasuk ke dalam sistem ekskresi pada manusia karena hati
mengekskresikan getah empedu dan urea. Berikut adalah beberapa fungsi hati
yang berkaitan dengan sistem ekskresi pada manusia:
1. Menghasilkan getah empedu. Getah empedu adalah getah hasil
perombakan sel darah merah. Getah ini terdiri dari dua komponen yaitu garam
empedu dan zat warna empedu. Garam empedu ini memiliki manfaat dalam sistem
pencernaan pada manusia yaitu untuk mengemulsi lemak. Kemudian getah
empedu ini keluar bersama dengan urine dan feses. Zat warna empedu inilah yang
membuat feses dan urine kekuningan.
2. Menghasilkan urea dan amonia. Urea dan amonia adalah salah satu hasil
perombakan protein yang harus dibuang dari tubuh karena beracun. Urea ini akan
diserap ke dalam darah, disaring oleh ginjal, lalu keluar dari tubuh bersama urine.
Sedangkan amonia akan diikat oleh ornitin kemudian dibawa keluar bersama urin
atau dimasukkan ke dalam empedu. Amonia inilah yang akan membuat urin
berbau menyengat.
1.3. Cara kerja sistem ekskresi hati
a. Menghasilkan urea dan amonia. Urea dan amonia adalah salah satu hasil
perombakan protein yang harus dibuang dari tubuh karena beracun. Urea ini akan
diserap ke dalam darah, disaring oleh ginjal, lalu keluar dari tubuh bersama urine.
Sedangkan amonia akan diikat oleh ornitin kemudian dibawa keluar bersama urin
atau dimasukkan ke dalam empedu. Amonia inilah yang akan membuat urin
berbau menyengat. Urea terbentuk ketika sel tubuh kelebihan asam amino
sehingga mengalami deaminasi. Dalam proses deaminasi, gugus amin (-NH)
dipindahkan dari asam amino. Proses ini menghasilkan amonia yang beracun.
14