Page 186 - Kelas_11_SMA_Sejarah_Indonesia_Semester_1_Siswa_2016
P. 186

Tetapi  sayang  dalam  kehidupan  dewasa  ini  nilai-nilai  kepeloporan  kaum
                 muda terpelajar itu tidak sepenuhnya dapat dipahami dan diteladani oleh
                 para  remaja,  pemuda  dan  juga  kaum  terpelajar,  kecuali  sebagian  kecil.
                 Marilah kita perhatikan  gejala dan kehidupan yang nampak pada remaja dan
                 masyarakat kita di berbagai daerah dewasa ini. Munculnya perilaku anarkis
                 di kalangan remaja, perkelahian antarpelajar, penyalahgunaan narkoba dan
                 rapuhnya rasa nasionalisme. Tidak sedikit  di antara remaja kita yang lebih
                 gandrung  dengan  budaya  dan  produk  luar  negeri  ketimbang  mencintai
                 budaya  dan  produk  negeri  sendiri,  juga  munculnya  rasa  etnosentrisme
                 hampir dapat kita jumpai di berbagai daerah. Penggunaan Bahasa Indonesia
                 yang  mulai  rusak-rusakan.  Penolakan  terhadap  seorang  pemimpin  karena
                 tidak berasal dari suku bangsa yang sama, atau karena perbedaan keyakinan,
                 masih merupakan hal yang sering kali dapat kita lihat dari berbagai media,
                 baik cetak maupun elektronik. Hal ini sebagai indikator rendahnya semangat
                 nasionalisme  dan  jati  diri  keindonesiaan  di  lingkungan  masyarakat  kita.
                 Tetapi di tengah-tengah merosotnya rasa nasionalisme dan jati diri bangsa
                 ini ada seorang bocah berumur 8 tahun yang sudah mahir bermain sepak
                 bola yang bernama Tristan Alif Naufal. Kini ia tengah mendapat undangan
                 untuk  berlatih  sepak  bola  di  klub  Ajax  Amsterdam,  Belanda.  Ia  bersama
                 kedua orang tuanya mendapat kesempatan menjadi warga negara Belanda
                 dan mendapat kesempatan menjadi pemain sepak bola di Tim Oranye yang
                 memang sangat menjanjikan. “Aku mau bela Tim Nasional Indonesia. Aku
                 tidak mau jadi warga negara Belanda, “aku mau tetap jadi orang Indonesia”,
                 ujar Alif”. (Tribun Kaltim, 3 November 2013). Sungguh luar biasa pendirian
                 anak  berusia  8  tahun  itu.  Sudah  barang  tentu  ilustrasi  itu  menginspirasi
                 dan  menggerakkan  hati  serta  kesadaran  kita  untuk  meneguhkan  kembali
                 semangat nasionalisme kita.

                 Sehubungan dengan problem kehidupan remaja dan masyarakat yang mulai
                 melemah semangat keindonesiaannya dan inspirasi dari anak berusia 8 tahun
                 itu, penting untuk merevitalisasi nilai-nilai kepeloporan para pemuda yang
                 telah  menggelorakan  nasionalisme  serta  prinsip  persatuan  dan  kesatuan
                 bangsa. Melalui kegiatan belajar kemudian memahami dan menghayati materi
                 bab tentang Sumpah Pemuda dan Jati diri Keindonesiaan ini diharapkan dan
                 dapat  menumbuhkan  semangat  nasionalisme  dan  mengaplikasikan  dalam
                 kehidupan sehari-hari.
                 »     Bagaimanakah penilaian dan perasaan kamu dengan pendirian


                       Tristan Alif Naufal yang masih berusia 8 tahun tersebut.







                 178    Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK                                   Semester 1
   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191