Page 181 - Kelas_11_SMA_Sejarah_Indonesia_Semester_1_Siswa_2016
P. 181

Untuk  memperluas  program  pendidikan  maka  keberadaan  sekolah  guru
                       sangat diperlukan. Dikembangkan sekolah guru. Sebenarnya Sekolah Guru
                       atau Kweekkschool sudah dibuka pada tahun 1852  di Solo. Berkembanglah
                       pendidikan  di  Indonesia  sejak  jenjang  pendidikan  dasar  seperti  Hollands
                       Inlandse School (HIS) kemudian  Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).
                       Untuk kelanjutan pendidikannya kemudian dibuka sekolah menengah yang
                       disebut Algemene Middelbare School (AMS), juga ada sekolah Hogere Burger
                       School (HBS). Kemudian khusus untuk kaum pribumi disediakan “Sekolah
                       Kelas Satu” yang murid-muridnya berasal dari anak-anak golongan atas yang
                       nanti akan menjadi pegawai, dan kemudian rakyat pada umumnya disediakan
                       “Sekolah Kelas Dua” yang di Jawa dikenal dengan “Sekolah Ongko Loro”.


                       Bagi para pemuda aktifis banyak yang bersekolah di School tot Opleiding
                       van  Indische Artsen (STOVIA) yang berpusat di Batavia. Sekolah ini sering
                       disebut dengan “Sekolah Dokter Jawa” Dari sekolah ini lahir beberapa tokoh
                       pergerakan kebangsaan.


                       Memang harus diakui, meskipun penduduk pribumi yang dapat bersekolah
                       sangat sedikit, namun keberadaan sekolah itu telah menumbuhkan kesadaran
                       di  kalangan  pribumi  akan  pentingnya  pendidikan.  Hal  ini  mempercepat
                       proses modernisasi dan munculnya kaum terpelajar yang akan membawa
                       pada kesadaran nasionalisme.

                       Munculnya  kaum  terpelajar  itu
                       mendorong  munculnya  surat  kabar,
                       seperti, Pewarta  Priyayi yang dikelola
                       oleh  R.M  Tjokroadikoesoemo.  Juga
                       koran-koran lain, seperti Surat kabar
                       De Preanger Bode (1885) di Bandung,
                       Deli  Courant  (1884)  di  Sumatera
                       Timur, Makassarsche Courant (1902)
                       di  Sulawesi,  Bromartani  (1855)  di
                       Surakarta,  Bintang  Hindia  (1902)
                       yang  dikelola  oleh  Abdul  Rivai,
                       membawa  pencerahan  di  kalangan
                       pribumi.  Dari  berbagai  informasi   Sumber:  Indonesia  dalam Arus  Sejarah,  jilid  5,
                                                            2012
                       yang ada di surat kabar inilah lambat
                                                            Gambar  3.6  Contoh  Surat  Kabar  zaman
                       laun  kesadaran  akan  pentingnya    kolonial
                       persamaan,    kemerdekaan    terus
                       menyebar ke kalangan terpelajar di





                                                                                          173
                                                                             Sejarah Indonesia
   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185   186