Page 80 - EBOOK_Peribahasa Jawa Sebagai Cerminan Watak Sifat dan Perilaku Manusia Jawa
P. 80
Sifat pada manusia Jawa sangat dipengaruhi oleh watak genetis dan
perilaku lingkungannya. Pengertiannya dapat disederhanakan secara lebih
gamblang pada bentuk aktualisasi diri manusia. Dalam mengaktualisasi-
kan diri, manusia mempunyai beberapa komitmen untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Kalau manusia mempunyai sifat yang baik,
bukan berarti secara genetis wataknya baik. Hal ini terjadi akibat dari
I ingkungan yang baik, yang terus-menerus mempengaruhi sis tern rasa dan
pikir sehingga manusia tersebut mempunyai sifat baik dan perilaku yang
baik.
Selain itu, manusia yang bersifat buruk dan berperangai buruk mung-
kin bukan karena wataknya buruk. Barangkali lingkungannyalah yang
mempengaruhinya menjadi bersifat buruk.
Kondisi pengaruh ini dalam sifat manusia menjadi melekat pada
dirinya. Dalam pengertian sehari-hari, sifat ini merupakan unsur ter-
penting pada manusia untuk membentuk kepribadiannya.
M.A.W. Brouwer dalam buku Kepribadian dan Perubahannya
(1979: 3) menunjukkan sifat manusia itu terjadi dalam hubungan antar-
manusia. Pada pola ini, manusia dapat membentuk pola diri secara overt
(secara tampak) dan secara covert (secara tidak tampak).
Pembentukan pribadi ini didasarkan pada pola-pola pergaulan yang
sedang diselami oleh manusia tersebut sehingga perilaku pribadi itu se-
suai dengan yang diinginkan. Watak menurut istilah Freud sama dengan
Id, maka sifat ini yang dinamakan dengan ego (Sindhunata, 1983: 57).
Sifat yang umum disandang oleh manusia Jawa adalah sifat memayu
ayuning bawana, sifat menjaga keseimbangan dunia. Dalam jagad cilik
dan jag ad gedhe manusia, sifat itu berada. Sifat manusia Jawa yang de-
mikian ini berarti sifat yang selalu menghindari kekerasan. Sifat manusia
Jawa yang demikian inilah harnomi kehidupan itu berada.
Dari berbagai sekolah kepribadian di Indonesia, terutama yang ada
di Semarang, justru yang ditekankan lebih dahulu adalah pembentukan
sifat dalam prosesnya membentuk perilaku manusia. Dari sifat inilah
sebenarnya peribahasa Jawa itu timbul. Peribahasa itu bertujuan untuk
meneruskan simbol kata-kata bermakna yang tidak dapat disampaikan
secara lugas. Untuk membentuk harmoni, manusia Jawa membentuk
peribahasa dalam meneruskan komunikasi yang sifatnya keras sehingga
72