Page 15 - EBOOK_Struktur Bahasa Jawa di Perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur Bagian Utara
P. 15
4
ujaran penutur yang dapat ditangkap perbedaannya antara yang satu dan
yang lain. Bunyi bahasa itu mempunyai sifat konkret dan terdapat pada
lapisan parole. Pendekatan fonetik artikulasi lazim digunakan untuk mene-
tapkan identitas bunyi-bunyi bahasa itu. Bunyi bahasa dapat dibedakan
menjadi vokoid (jika udara dengan bebas tanpa hambatan keluar ketika
bunyi bahasa itu dihasilkan) dan kontoid (jika ada hambatan terhadap
keluarnya udara pada waktu bunyi bahasa itu dihasilkan).
Pada lapisan bahasa bunyi bahasa itu dapat diidentifikasikan sebagai
unsur yang abstrak. Unsur abstrak itu, jika mempunyai ciri sebagai pem-
beda makna, disebut fonem. Secara teoritis fonem itu abstrak, tetapi secara
operasional fonem itu dapat dipilih dari salah satu di antara bunyi-bunyi
bahasa yang sama kelasnya. Kelas bunyi bahasa yang mirip secara fonetis
yang dalam ujaran seseorang mempunyai fungsi untuk membedakan makna
disebut fonem. Demikianlah, definisi fonem secara operasional sekalipun
fonem rnempunyai sifat abstrak karena kehadirannya pada lapisan bahasa.
Pembahasannya lazim disebutfonemik.
1.3.3 Tataran Morfologi
Unit terkecil pada tataran morfologi ialah morf. Morf ada pada :lapisan1
parole. Satuan pendukung maknanya, yang terdapat pada lapisan bahasa,
adalah morfem. Pada tataran morfologi ini yang dibicarakan ialah morf,
morfem, dan susunannya, baik yang berbentuk kata maupun bagian kata
(Nida, 1962 : I). Secara terperinci aspek-aspek yang terdapat dalam pem-
bahasan tataran morfologi ialah afiksasi, distribusi afiks, fungsi afiks, arti
afiks, dan proses morfofonemik. Pada tataran morfologi ini morf didefini-
sikan sebagai bentuk linguistik yang terkecil yang sudah mempunyai makna
secara mandiri, sedangkan morfem adalah kelas bentuk-bentuk minimal yang
sama atau mirip dengan lingkungan pengertian yang sama atau mirip (Sam-
suri, 1974 ). Ada pun kata ialah satuan bentuk yang secara potensial telah
mempunyai makna mandiri (makna leksikal) yang kurang lebih tetap.
a. Afiksasi
Dalam proses pembentukan kata afiksasi mempunyai peranan yang
penting. Afiks atau imbuhan adalah morfem terikat; morfem terikat ini
diimbuhkan pada kata dasar atau pada morfem dasar. Imbuhan tidak mem-
punyai makna leksikal yang mandiri tetapi mempunyai makna gramatikal.
Dilihat dari posisinya, imbuhan dibedakan menjadi (1) awalan, (2) sisipan,
(3) akhiran, dan (4) simulfiks.