Page 345 - Toponim sulawesi.indd
P. 345
Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi 331
sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ibarat. Luas desa Ilangata adalah 920,5
Ha 2 sedangkan dilihat dari sisi topografi maka ± 10 % dari luas wilayahnya
terdiri atas dataran tinggi dan perbukitan. Sisanya adalah dataran rendah.
Berdasarkan luas wilayah yang ada, maka pemanfaatan / tata guna tanah
terdiri atas 75% terdiri atas lahan pertanian produktif, dan sebesar 5% lahan
non produktif , dan sisanya sebesar 20% adalah pemukiman penduduk.
Menurut penelitian Basri Amin, dkk (2012), kehadiran para nelayan,
terutama nelayan yang datang dari Kwandang- Gorontalo untuk mencari
ikan, mulai ramai sejak periode tahun 1930-an sampai tahun 1970-an.
Pilomujia ini menjadi lokasi favorit nelayan, yang dalam perkembangannya
kemudian, dengan majunya teknologi transportasi laut, lokasi ini tidak
hanya dimanfaatkan oleh nelayan-nelayan yang datang dari Kwandang-
Gorontalo, tetapi juga secara berangsur datang para nelayan-nelayan suku
Bajo, Bugis, Mandar, dan Makassar dalam lingkup sekitar teluk Tomini.
Jika musim banyak ikan lokasi pantai dan pesisir Pilomujia menjadi
sangat ramai. Hal ini berkaitan dengan para nelayan yang membangun
gubuk-gubuk untuk tinggal sementara waktu. Lama tinggal di pesisir pantai
Pilomujia tergantung hasil tangkapan. Jika musim ikan maka nelayan yang
datang dari berbagai tempat, seperti dari daerah Kwandang-Gorontalo, dan
sekitar teluk Tomini akan membuat daseng (rumah-rumahan atap rumbia,
tempat tinggal untuk sementara waktu); demikian pun jika musim angin
yang kencang dan nelayan tidak bisa secepat itu untuk kembali pulang.
Beberapa pulau sekitar juga dimanfaatkan untuk tinggal sementara waktu,
antara lain Pulau Lumboso (kemudian dinamai pulau seribu), Pulau Kaposo,
4
dan Pulau Botubotuwo, untuk mengawetkan ikan dengan cara diasapkan
(difufu), dan atau mengeringkannya (moneheto).
4 Pulau Lumboso sekarang ini lebih dikenal sebagai Pulau Seribu. Hal ini mulai terjadi,
sejak adanya keramaian dalam acara pembukaan Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP)
kelas III Anggrek tahun 2009. Para pengunjung keramaian hanya dengan membayar
uang seribu rupiah dapat sampai ke pulau Lumboso dengan menggunakan perahu rakyat.