Page 350 - Toponim sulawesi.indd
P. 350

336     Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi


               6.2.3 Dari Pelabuhan Pesisir ke Pelabuhan Anggrek


                       Tidak disangka, pesisir pantai Pilomujia kemudian disebut Anggrek
               menjadi  sebuah pemukiman multikultur  oleh karena  menjadi  daerah

               tujuan para nelayan yang kemudian menjadikan lokasi ini sebagai salah satu
               pelabuhan  pesisir,  pelabuhan  tradisional.  Ramainya  kunjungan  nelayan

               kemudian  berkembang  sebagai  suatu  pemukiman  menjadikan  lokasi
               pesisir ini sebagai salah satu representasi kota pantai di wilayah Gorontalo
               Utara. Disebut demikian karena pesisir Anggrek ini sebagai bagian utuh dari

               kedudukan desa Ilangata menjadi ibukota kecamatan karena peran yang
               dimainkan  oleh pelabuhan Anggrek.  Tanpa  pelabuhan,  dapat  dipastikan
               desa Ilangata dan Anggrek sebagai suatu lokasi kondisinya sebagaimana

               desa-desa dan dusun nelayan lainnya di pesisir Gorontalo Utara.

                       Ada dua faktor yang menyebabkan, mengapa kemudian Anggrek
               dipilih sebagai lokasi pelabuhan. Pertama, lokasinya yang strategis dengan

               kedalaman laut yang cukup memadai untuk dijadikan pelabuhan; Kedua
               berada di suatu teluk dengan topografi pantai yang landai dan memiliki
               beberapa  pulau kecil  dengan hutan  manggrove  yang  turut menyanggah

               angin  dan gelombang  laut.  Ketiga, fungsi  dan  peran sebagai pelabuhan
               nasional yang secara perlahan menggantikan kedudukan penting dua kota

               pelabuhan, yakni pelabuhan Kwandang dan Gorontalo sebagai pelabuhan
               historis  dalam kaitannya dengan pelayaran dan perdagangan (distribusi)
               barang komoditas,  baik  antar pulau  (regional)  maupun  eksport-import

               barang kebutuhan dari, dan ke luar negeri.

                     Untuk  pelabuhan  historis Kwandang  dan  Gorontalo,  permasalahan
               utama yang dihadapi adalah pendangkalan oleh adanya sedimen sungai

               Bone. Di sisi yang lain tidak ada perhatian serius yang dilakukan pemerintah
               provinsi dan kabupaten kota terhadap peran dan fungsi kedua pelabuhan

               dimaksud. Akibat pendangkalan ini, kapal-kapal yang akan berlabuh dengan
               membawa barang-barang komoditas lebih memilih aman untuk berlabuh di
   345   346   347   348   349   350   351   352   353   354   355