Page 103 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 103
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
tidak mau kalah dengan para pemuda Belanda. Meskipun kebanyakan
para pemuda tersebut berasal dari keluarga biasa pula, namun semangat
belajar untuk menguasai bidang yang ditekuninya dilakukan rata-rata
secara maksimal, di samping harus memikirkan keadaan bangsanya.
Secara internal, organisasi-organisasi pemuda itu juga diatur
secara cermat dalam menyelenggarakan administrasinya. Semua anggota
organisasi juga terdaftar, di samping itu salah satu persyaratan menjadi
anggota, yakni memiliki prestasi dalam studinya. Apabila ada pemuda
yang “sok pintar” ingin coba-coba tampil ke mimbar untuk berpidato,
pemuda tersebut akan mendapat cemooh, kritik, dan teriakan., “Belajar
dulu, Bung!” Oleh karena, pemuda-pemuda itu telah melakukan seleksi
dalam diri mereka sendiri dan hanya pemuda-pemuda yang berbakat,
serius dalam cita-citanya akan tampil ke depan sebagai pemimpin
bangsanya.
Pada waktu tokoh-tokoh Perhimpunan Indonesia, yakni
Mohammad Hatta, Ali Sastroamidjojo, Nazir Pamuncak, dan
Abdulmadjid ditangkap oleh polisi Belanda pada Desember 1927 karena
kegiatan mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, maka
PPPI menganggap sudah tiba waktunya untuk lebih dalam
merundingkan persatuan organisasi-organisasi pemuda Indonesia. Pada
bulan Juni 1928 dibentuklah Panitia Kongres Pemuda ke-II dengan
sususunan, sebagai berikut:
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Yamin (JSB)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (JIB)
Pembantu II : Kontjosoengkono (Pemuda Indonesia)
Pembantu III : Sendoek (Jong Celebes)
Pembantu IV : J. Leimena (Jong Ambon)
Pembantu V : Rochjani (Pemuda Kaum Betawi)
Tokoh-tokoh pemuda tersebut masing-masing sebagai pimpinan
delegasi organisasi pemuda yang diwakilinya. Adapun yang menghadiri
kongres adalah semua perkumpulan pemuda dan mahasiswa serta
perkumpulan pemuda dan mahasiswa serta kumpulan kaum dewasa dan
Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya 95