Page 104 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 104
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
partai politik, dengan jumlah yang hadir yakni 750 orang. Seperti yang
dikatakan ketuanya, Soegondo Djojopoespito, Kongres pemuda II ini
sebetulnya tidak hanya untuk pemuda saja, tetapi merupakan rapat
umum dan terbuka bagi semua orang yang suka menghadirinya. Dari
pihak kaum dewasa yang hadir tokohnya adalah Mr Sartono, mewakili
PNI cabang Betawi, Kartakoesoema dari PNI cabang Bandung,
Abdulrachman dari Boedi Oetomo cabang Betawi, Mr. Soenario dari
Persaudaraan Antar Pandu Indonesia (P.A.P.I), Kartosuwirjo dari
Pengurus Besar partai Sarikat Islam, Sigit dari Indonesische Club,
Moehidin mewakili Pasundan, A. Mononutu dari Persatuan Minahasa.
Selain itu, hadir pula tokoh-tokoh dari perseorangan, seperti S.
Mangoensarkoro, Nona Poernomowoelan, Mohammad Nazif, Siti
Soendari, Emma Poeradiredja, Koentjoro Poerbopranoto, Kasman
Singodimedjo, Soekmono, Soerjadi, Djaksodipoero (Wongsonegoro,
SH), Djaksadipoero, Sjahboedin latief, Mohammad Roem, W.R.
Soepratman, dan lain-lain. Adapun dari Volksraad hadir, diantaranya
Soerjono dan Soekowati; dari Pemerintah Hindia Belanda, yakni Dr.
Pyper dan Van der Plas; dari Surat kabar Keng Po, yakni Saeroen,
sedangkan polisi-polisi dari Hindia Belanda hadir dengan bersenjata
lengkap .
45
Kongres Pemuda II yang diprakarsai PPPI berlangsung di
Weltevreden, Batavia pada 27 dan 28 Oktober 1928 dibuka dengan
pidato sambutan dari Ketua Kongres, Soegondo yang menguraikan
sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ia menggambarkan latar belakang
kelahiran Boedi Oetomo, berbagai organisasi kedaerahan hingga
terjadinya Kongres Pemuda Pertama yang diprakarsai M. Tabhroni dari
PPPI. Soegondo berpendapat bahwa pada kongres tersebut perasaan
persatuan Indonesia mulai tertanam dan sebaliknya perbedaan-
perbedaan sempit berdasarkan kedaerahan mulai luntur. Pada Kongres
Pemuda kedua pada Oktober 1928 ini diharapkan akan terus
memperkuat persatuan yang telah tertanam di hati sanubari para
46
pemuda .
Pidato-pidato yang disampaikan dalam kongres itu, diantaranya
Mohammad Yamin dari JSB yang menjabat juga sebagai sekretaris
kongres, berjudul “Persatuan dan Kebangsaan Indonesia” yang
menguraikan arti persatuan dan hubungan antara persatuan dengan
pemuda. Menurut Yamin, persatuan bukan hanya diperlukan oleh
kalangan pergerakan saja, tetapi juga bagi para pemuda bahwa
persatuan itu harus dapat dijadikan “darah daging” mereka. Dalam hal
ini, Yamin menyebutkan lima faktor pengikat kekuatan bangsa
Indonesia, yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan
96 Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya