Page 56 - @BIP
P. 56

Page  36





                      faktor     dalam     mempertahankan           pengetahuan.         Pengetahuan
                      lokal   Ammatoa       Kajang     secara    umum     lebih   besar    dimiliki   oleh
                      kelompok        orangtua       dibanding        dengan       kelompok       muda.
                      Mengingat pengetahuan lebih besar dimiliki oleh usia tua, maka

                      akan     ada    kemungkinan        pengetahuan         lokal   tumbuhan       akan
                      terdegradasi       dan     punah     seiringnya.     Maka     berdasarkan       hal

                      tersebut,     dokumentasi        pengetahuan        sangat     perlu    dilakukan
                      untuk    menjaga       warisan     pengetahuan.        Warisan     pengetahuan
                      merupakan         salah      satu    konsep       konservasi      budaya       dan

                      keanekaragaman  hayati  yang  sudah  terbukti  (Arévalo-Marín  et
                      al. 2015).
                             Masyarakat  menjadikan  tumbuhan  sebagai   pendamping

                      hidupnya      dan    menganggapnya           sebagai     lambang      “Ibu”   yang
                      sangat      dihormati      dan    tidak    boleh     diganggu       (eksploitasi),
                      sehingga       tumbuhan       obat    masih     bertahan      hingga     saat    ini.

                      Masyarakat         Ammatoa          Kajang      mempertahankan             budaya
                      pengetahuan  lokal.  Namun  sangat  disayangkan  sebagian  besar
                      pengetahuan  lokal  tersebut  mulai  terdegradasi  pada  generasi

                      muda.
                             Pengetahuan lokal pada generasi muda saat ini terkait pe-
                      manfaatan  tumbuhan  obat  jarang  diketahui,  karena  kurangnya

                      motivasi     dalam     mempelajari       dan    melestarikan       pengetahuan
                      lokal   sehingga      cenderung       meninggalkan        kebiasaan       tersebut
                      dan  lebih  memilih  menggunakan  pengobatan  modern  (Rahayu

                      et al. 2006). Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor yaitu,
                            1)  tidak   adanya   dokumentasi   tumbuhan   obat  berbasis
                                pengetahuan lokal di suku sendiri;

                            2) lebih memilih yang instan dan mudah;
                            3) kurangnya  minat  mereka  terhadap  budaya  suatu  suku

                                bangsa untuk dilestarikan; dan
                            4) rendahnya   peran  baik   pemerintah  maupun  akadamik
                                 terkait  pelestraian  pengetahuan   lokal  dan   tumbuhan
                                 obat.

                            Berbagai  keterbatasan  edukasi  pengetahuan  lokal   pada
                      masyarakat  Ammatoa  Kajang  sehingga  secara  lambat  akan
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61